https://www.reqnews.com/

Friday, 21 June 2019 - 19:00

Bikin Petisi, Masyarakat Papua Ingin Peringati Hari Ibu Tiap Tanggal 21 Juni

Petisi Keluarkan Pergub untuk melindungi hutan sagu di tanah Papua!

JAKARTA, REQnews - Masyarakat Indonesia pasti berpendapat Hari Ibu hanya diperingati tiap tanggal 22 Desember. Tapi tahu gak gaes, jika Hari Ibu di Indonesia tidak hanya sekali lho dirayakan.

Ada Hari Ibu lainnya yang diperingati masyarakat Papua, yakni pada 21 Juni. Namun mereka menyebutnya bukan sebagai Hari Ibu, melainkan Hari Sagu. "Mungkin kawan-kawan di luar Papua belum begitu tau ada Hari Sagu di Indonesia, karena baru kami di Papua yang merayakannya," kata Michael Jakarimilena, Finalis Indonesian Idol dalam petisi onlinenya, di change.org yang dikutip REQnews, Jumat 21 Juni 2019.

Dalam petisi tersebut, Michael meminta pemerintah provinsi setempat untuk mengeluarkan Pergub untuk melindungi hutan sagu di tanah Papua. "Sebab bagi kami orang Papua, hutan sagu itu seperti ibu. Ibu kami yang menyusui dan membesarkan kami. Memberi makan anak-anak yang hidup di sekitarnya. Sayangnya, hutan sagu makin punah."

Bahkan 90 perse hutan sagu di Jayapura terancam hilang. Kalah dengan pembangunan dan masuknya tanaman lainnya seperti padi. Buktinya, kata Michael, harga satu kotak sagu bisa capai Rp 20 ribu, dibandingan harga beras yang hanya Rp 12 ribu.

Makanya tahun 2017, berbagai elemen di Papua menggagas 21 Juni sebagai Hari Sagu. Setiap tahun mereka merayakannya dengan festival. "Acara favorit saya saat kami masak sagu jadi macam-macam menu dan menyantapnya bersama-sama."

"Di tahun ketiga ini saya ingin lebih banyak masyarakat Indonesia ikut merayakan hari ibu kami ini. Paling tidak ikut peduli dengan hutan sagu. Seperti menandatangani petisi yang dibuat oleh teman baik saya, Charles Toto dari Papua Jungle Chef ini."

Dirinya yakin, kita semua sangat mencintai Indonesia, apalagi alamnya yang indah dan kaya manfaat. "Menandatangani petisi ini sudah bisa jadi bagian cinta kita untuk untuk tanah air dan masa depan bangsa Indonesia. Selamat Hari Sagu!," kata dia.

Berikut isi petisi 'Keluarkan Pergub untuk melindungi hutan sagu di tanah Papua!'

Ibu dari kitorang Papua bernama sagu. Ia ibu kami karena selama ini setia memberikan sandang, pangan, dan papan untuk kami semua disini.

Dari daun sagu, kitorang bisa membuat pakaian dan noken yang indah.

Dari kulit kayu pohon sagu, kitorang bisa membuat rumah yang kuat.

Dan dari pati sagu, kitorang bisa membuat makanan bergizi mengandung karbohidrat dan protein tinggi untuk dihidangkan di meja makan. Bahkan akar sagu dapat memberikan sumber air untuk kehidupan kami.

Tapi itu semua tidak akan bertahan lama jika banyak hutan sagu dibabat untuk perumahan dan perkebunan sawit. Atau digeser oleh program pemerintah seperti raskin (beras untuk orang miskin) yang membuat kitorang Papua melupakan manfaat dan identitas sagu.

Pembabatan hutan sagu yang paling parah terjadi adalah di Merauke dan Jayapura. Keduanya mengalami bencana yang memakan korban jiwa. Pertama, terjadinya kelaparan di Asmat Merauke. Bayangkan, kelaparan di tengah lahan sagu. Karena masyarakat sudah tergantung dengan raskin.

Kedua, terjadinya bencana banjir di Sentani Jayapura. Akibat dari diubahnya hutan sagu untuk perumahan dan jalan aspal, air hujan dari Gunung Cyclop langsung turun ke danau dan air pun meluap menjadi banjir. Menurut berita*, luas lahan sagu yang teridentifikasi pada enam distrik di Kabupaten Jayapura, sekitar 3.302,9 hektar. Hampir 90% lahan sagu alam ini terancam hilang.

Hari ini pun saudara saya di Tambrauw, Papua Barat juga sedang berduka. Hutan sagu mereka yang indah dan megah telah banyak dibabat habis hanya untuk perkebunan jagung (dan juga diduga akan menjadi perkebunan sawit) sebuah perusahaan besar.

Kami tak mau ini terus terjadi. Kami ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk turut melestarikan dan menjaga sagu. Melestarikan identitas kitorang Papua dan menjaga ibu kami yang selama ini setia memberi kami hidup.

Maka dari itu, kami meminta Gubernur Papua dan Papua Barat agar segera membuat peraturan untuk melindungi keberadaan hutan sagu yang masih tersisa di tanah Papua. Dengan adanya pergub ini, kami yakin hutan sagu akan lebih terlindungi dari pembangunan dan perkebunan yang selama ini terus menggerus keberadaan sagu.

Agar permintaan ini didengar dan diwujudkan segera oleh para gubernur, kami mengajak kawan-kawan semua untuk menandatangani petisi kami ini. Ayo dukung pemerintah untuk melindungi sagu kami, ibu kami. Kami yakin, jika petisi ini menang, maka hutan sagu di wilayah Indonesia lainnya pun turut terlindungi.

Apalagi, Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, pernah menyatakan komitmennya** dalam menjadikan wilayah Papua Barat sebagai provinsi berkelanjutan dan pro-konservasi dengan mengakomodir 70% luas daratan menjadi kawasan hutan lindung. Ini berarti sudah ada lampu hijau dari pemerintah Papua dan tugas kita untuk mendukungnya!

Kawan, melindungi sagu tidak hanya untuk kitorang saja namun untuk generasi masa akan datang. Agar mereka dapat ikut menikmati kebaikan dan manfaat sagu, tak hanya mendengar cerita atau dongeng dari orang tua mereka nanti.

Buat kalian yang mendukung petisi ini, silakan klik link ini (RYN)

Redaktur : Safwan Hadi Rachman