JAKARTA, REQnews - Masih ingat dengan jajaran penjual tape khas Bandung atau peuyeum di tepi jalan sepanjang jalur Padalarang hingga Purwakarta, saat sebelum adanya tol Cipularang?
Mungkin pemandangan itu sudah menjadi kenangan masa lalu. Selain sudah jarang dilewati, perkembangan tren kuliner Kota Bandung kini sudah menawarkan berjuta tren dan inovasi baru yang menarik dicoba.
Namun yang pasti, warung-warung penjual tape itu ternyata masih berdiri, walau tak sebanyak dulu. Jajaran tape singkong itu tak sendirian mengisi warung. Ikatan tape itu harus bersanding dengan berbagai gerabah dan keramik, dari alat rumah tangga hingga celengan semar ataupun cepot, para tokoh punakawan khas wayang golek Sunda.
Truk-truk mini mainan yang terbuat dari kayu pun menghiasi teras warung bersama pentungan berbentuk cabe yang digantung dengan posisi berjajar. Walaupun jarang ditemukan di tengah kota Bandung, biasanya kita bisa mendapati pedagang peuyeum di pasar tradisional atau tepian kabupaten Bandung.
Cobalah meluangkan waktu mendatangi kawasan pingiran Paris van Java itu, seperti ke Padalarang, Nagreg, Subang, Rancaekek dan spot lainnya. Peuyeum atau tape singkong dibuat melalui proses fermentasi selama dua sampai tiga hari.
Tidak sulit untuk membuat penganan yang kadang ditanyakan para tetangga manakala tahu kita bepergian ke Bandung tersebut. Sebelum dibiarkan mengalami proses fermentasi, ragi tape dioleskan ke sekujur tubuh singkong setengah matang yang telah dikupas.
Peuyeum Bandung dikenal dapat bertahan lama. Di beberapa tempat, peuyeum jenis itu bahkan disebut sebagai peuyeum gantung karena tahan lama dengan posisi digantung menunggu pembeli. Peuyeum memiliki rasa manis, dengan nuansa asam yang khas makanan hasil fermentasi.
Teksturnya juga bisa menjadi sangat lembut dan empuk. Namun ada juga yang menyukai tekstur peuyeum yang agak keras. Bagi para pecintanya, memakan peuyeum bahkan yang berukuran besar pun hanya akan menyisakan seuntai akar kecil di bagian poros umbi.
Indonesia sangat kaya akan makanan tradisional dari setiap daerah. Peuyeum Bandung banyak dibuat oleh masyarakat Jawa Barat karena melimpahnya umbi singkong di tanah Pasundan. Itu tampaknya yang membuat kreativitas masyarakat Jawa Barat akan inovasi kuliner telah berkembang sejak dulu.
Hingga saat ini Bandung merupakan destinasi menarik untuk dicicipi berbagai lansiran baru akan karya kulinernya. Hal serupa terjadi juga pada peuyeum.
Di beberapa resto kota Bandung, kita tak hanya bisa menemukan colenak, kreasi peuyeum yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Colenak adalah peuyeum yang dibakar, dinikmati dengan cara &lsquo;dicocolkan&rsquo; ke saus gula merah dengan campuran parutan kelapa muda. Ada pula olahan lain dari peuyeum, yakni peuyeum goreng, kukus peuyeum dan bola peuyeum.
Colenak Murdi Putra adalah salah satu warung colenak terkenal di Bandung, berlokasi di kawasan Jalan Ahmad Yani. Konon, warung ini sudah berdiri sejak sebelum Konferensi Asia Afrika 1955.
Ada cerita, beberapa negarawan dunia,seperti Zhou En Lai dari RRT, sempat mencicipi dan mengagumi rasa khas colenak &lsquo;Urang Sunda&rsquo; itu.

Terlihat Murah, Siapa Sangka Makanan Kampung Ini Pernah Dicicip Negarawan KAA

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi