Antananarivo, REQNews.com -- Dalam The Origin of Species, Charles Darwin menulis; serangga dengan belalai panjang harus ada untuk menyerbuki spesies anggrek.
Pernyataan ditulis setelah Darwin mempelajari spesies anggrek yang menghasilkan nektar sangat panjang. Serangga biasa, dengan belalai pendek, tidak mungkin menyerbuki anggrek itu.
Sebelum memasuki abad ke-20, sekitar empat puluh tahun setelah Darwin menuliskan ramalannya, peneliti menemukan serangga berbelalai panjang.
Peneliti menamakan serangga itu ngengat Darwin (Xanthopan praedicta), dan diberi label sebagai subspesies Sphinx Morgan (Xanthopan morganii) dari Afrika.
Peneliti Natural History of Museum, London, dan National Museum of Natural History, Paris, membuktikan bentuk dan genome keduanya berbeda.
Studi baru yang dilakukan David Lees, kurator Microlepidoptera Museum Sejarah Alam, membandingkan 77 ngengat Xanthopan dari Madagascar dengan 47 jenis serupa dari daratan Afrika, dengan melihat sifat-sifat; pola warna, skala, panjang belalai, lebar sayap, dan alat kelamin keduanya.
Mereka juga melakukan analisis genetik yang dikenal sebagai DNA barcoding, untuk memungkinkan spesies diidentifikasi dari bagian pendek DNA atau gen penentu.
Dr Lees dan rekan-rekannya menemukan Xantophan praedicta, atau ngengat Darwin, berbeda secara signifikan dari sepupunya di daratan Afrika. Kode batang keduanya berbeda 7,8 persen.
Xantophan praedicta memiliki belalai 11,2 inci, atau 28,448 sentimeter, lebih panjang 2,6 inci atau 6,604 sentimeter dibanding belalai Xanthopan morganii.
"Bayangkan kegembiraan saya saya saat membuka gulungan dan mengukur belalai Xantophan jantan di hutan hujan Madagascar," kata Dr Lees. "Inilah ngengat pemegang rekor belalai terpanjang."
Ngengat yang diramalkan Darwin kini benar-benar ditemukan. Temuan lengkap penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Antenor.

Ramalan Charles Darwin Terbukti, Peneliti Temukan Ngengat dengan Belalai Terpanjang

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi