JAKARTA, REQnews -&nbsp;Badan Intelijen Negara (BIN) dituding terlibat dalam kasus suap impor bawang putih yang menjerat lima tersangka, salah satunya adalah eks anggota DPR RI dari Fraksi PDIP I Nyoman Dhamantra yang nilai total suapnya mencapai Rp 3,5 miliar.
Kasus ini juga melibatkan tiga pengusaha pemberi suap, yakni Direktur PT Cahaya Sakti Argo, Chandry Suanda alias Afung, serta Dody Wahyudi dan Zulfikar. Nyoman menerima uang dari ketiga pengusaha dengan imbalan membantu pengurusan izin impor 20 ribu ton bawang putih pada 2019 lalu.
&nbsp;Dalam sidang pembacaan dakwaan untuk Nyoman di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa 31 Desember 2019 lalu, disebutkan bahwa Afung mendapatkan kuota impor bawang putih yang diduga adalah jatah milik BIN.
Afung bertemu dengan Dody Wahyudi di Central Park, Jakarta. Keduanya sudah lama saling kenal, yakni sejak 2008 lalu saat sama-sama meminjam uang ke Zulfikar.
Pertemuan ini menjadi awal penawaran bisnis bawang putih dari Dody ke Afung. Dody mengaku memiliki orang dalam untuk mengurus Surat Persetujuan Impor dari Kemendag.
Dody menjanjikan Afung untuk bertemu dua penghubung untuk mendapatkan kuota bawang putih itu, yakni Reyno dan Reza, dengan syarat harus memberikan jatah Rp 2.200 pada setiap kilogram bawang yang diimpor perusahaan Afung, yakni PT Cahaya Sakti Argo.
Dalam dokumen persidangan tersebut, Afung menjelaskan ia sebenarnya sempat ragu karena tak memiliki lahan bawang putih. Sementara untuk mendapat kuota impor, pengusaha harus&nbsp;mengantongi Rekomendasi Impor Produk Holtikultura dari Kementerian Pertanian. Agar bisa mengantongi rekomendasi itu, importir wajib menanam 5 persen dari total kuota impor yang diperoleh.
Dody menjanjikan membantu untuk mempermudah memperoleh RIPH melalui Reza dan Reyno. Pertemuan yang dijanjikan Dody itu akhirnya terjadi sekitar April atau Mei 2018 di Jakarta. Pertemuan itu membahas kelanjutan dari pengurusan kuota impor seperti yang pernah ditawarkan Dody. Afung sempat menawar agar beban pengurusan impor dikurangi, dari Rp 2.200 menjadi Rp 1.800 per kilogram.
Setelah pertemuan itu, Afung bertemu secara intens dengan orang-orang yang membantunya mengurus impor pada Mei hingga Oktober 2018. Afung dijanjikan kuota sebanyak 50 ribu ton.
Namun, berbeda dari janji itu, SPI yang keluar pada 18 Oktober 2018 hanya memberikan jatah kuota kepada PT CSA sebanyak 20 ribu ton. Perusahaan importir yang mendapatkan kuota juga berjumlah 28 perusahaan, sehingga harga bawang putih di pasaran merosot dari perkiraan Afung.
Afung sempat berniat membatalkan perjanjian tersebut. Namun, ia takut karena kedua orang yang berurusan dengannya selalu membawa-bawa nama BIN.
Akhirnya, Afung terpaksa membayar komitmennya. Dengan mendapat jatah impor 20 ribu ton, Afung harus membayar Rp 2.000 per kilogramnya. Artinya, Afung menyetor Rp 40 miliar.
Cara pertama tak berhasil,&nbsp;Dody memperkenalkan Afung&nbsp;kepada Nyoman Dhamantra untuk urusan yang sama. Kerja sama ini pula yang membuat Afung, Nyoman dan Dody ditangkap KPK pada Agustus 2019.
Ketika ditanya soal jatah impor tersebut, Afung mengatakan tak mengetahui benar tidaknya bahwa jatah yang ia pakai untuk impor 2018 adalah milik BIN.
BIN juga sudah membantah keterlibatan pihaknya dalam kasus suap bawang ini. BIN menyangkal memiliki jatah kuota untuk impor bawang.
"Itu tidak benar," kata Juru Bicara BIN, Wawan Hari Purwanto, beberapa waktu lalu.
Wawan&nbsp;menduga ada orang-orang yang sengaja mencatut nama BIN. Hal ini sering terjadi di daerah-daerah untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. (ryv)

Astaga! Beneran Nih BIN Terlibat Kasus Suap Impor Bawang?

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi