JAKARTA, REQnews – Potensi “serangan fajar” membayangi pemilu 2019. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut temuan 400 ribu amplop dalam kasus dugaan suap dan gratifikasi anggota Komisi VI DPR Bowo Sidik Pangarso hanya salah satu contoh yang menunjukkan bahwa potensi politik uang masih membudaya di kalangan calon legislatif (caleg).”Itu (kasus Bowo) sebagai sinyal bahwa jangan-jangan ini (serangan fajar, Red) seperti permukaan gunung es, ternyata semua orang melakukan seperti itu (serangan fajar, Red),” ungkap Ketua KPK, Agus Rahardjo.Komisioner berkacamata itu pun berharap Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) lebih giat melakukan pemantauan potensi politik uang itu.Agus menyebut KPK memiliki keterbatasan dalam mengungkap praktik politik uang, sebab, sesuai undang-undang, KPK hanya dapat menangani perkara yang melibatkan penyelenggara negara seperti Bowo yang merupakan anggota DPR.”Kan sudah ada pengawasan dari Bawaslu dan kepolisian, saya berharap mereka yang kemudian nanti lebih aktif (menangani politik uang, Red),” ujarnya.Terkait dengan perkara, Agus menegaskan bahwa uang Rp 8 miliar dalam 400 ribu amplop yang disimpan di 84 kardus belum ada kaitannya dengan ”serangan fajar” untuk pemilihan presiden (pilpres). Amplop yang berisi uang pecahan Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu itu sejauh ini masih diduga untuk kepentingan Bowo yang mencalonkan diri di daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah II.”Saya tidak melihat itu (kepentingan selain Bowo). Jangan lari ke sana (kepentingan pilpres, Red), ini penegakan hukum. Jadi kami tidak akan memainkan politik itu,” ujarnya.Agus pun menyerahkan penanganan dugaan suap dan gratifikasi politisi Partai Golkar itu kepada penyidik.”Nanti kita ikuti, nanti teman-teman penyidik menemukan apa,” terangnya.400 ribu amplop yang diduga disiapkan Bowo untuk “serangan fajar” di dapilnya memang terbilang fantastis, sebab, pada pemilihan legislatif (pileg) 2014 lalu, Bowo yang merupakan caleg petahana dari Partai Golkar hanya meraup suara 66.909 suara. Artinya, di pileg kali ini Bowo menargetkan dirinya memperoleh 400 ribu suara.Terkait hal itu, Agus menilai setiap caleg memungkinkan membuat perhitungan di luar batas.”Dia (Bowo, Red) mungkin melihat situasi di lapangannya. Ya, itu seperti secara random menjaring konstituen. Jadi (misal) saya menebar (uang) makin banyak, harapan saya mendapatkan (suara) paling tinggi,” ungkap komisioner asal Magetan tersebut.Sementara terkait indikasi bahwa ada cap jempol di amplop Bowo, Agus memastikan tidak ada. Sejauh ini, dia belum mendapat laporan dari penyidik terkait dugaan tersebut. ”Saya waktu dilaporin pertama kali (oleh penyidik, Red) nggak ada,” tuturnya.(*/Oji)

KPK : Banyak Politisi Diduga Lakukan “Serangan Fajar”

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi