&nbsp;
PRANCIS, REQNews - Revolusi Perancis menjadi salah satu tragedi partai politik berdarah sepanjang sejarah karena dilatarbelakangi oleh kisah Charlotte Corday, seorang wanita terhormat ikut menjadi calon legislatif perwakilan partai. Dirinya terkenal bersih dan tidak memiliki catatan kriminal. Namun ia nekat membunuh Jean Paul Marat, seorang pendukung calon legislatif saingannya.
<img src="https://photo.reqnews.com/editor/a2e49610c71c7790e8638b57ff2716df.jpg" border="0" />
Kisah ini berawal saat Raja ditangkap dan Marat terpilih sebagai wakil Paris untuk Konvensi. Dalam legislatif revolusioner Prancis, Marat menentang kaum Girondis sebuah faksi yang terdiri dari kaum republikan moderat yang menganjurkan pemerintah konstitusional dan perang kontinental dimana Charlotte Corday bergabung didalamnya.
Charlotte Corday menganggap Marat sebagai musuh dan merencanakan pembunuhannya. Dia telah merencanakan untuk membunuh Marat di parade Hari Bastille pada 14 Juli tetapi terpaksa mencarinya di rumahnya ketika perayaan dibatalkan. Pada 13 Juli, ia bertemu dengan Marat dengan berjanji akan mengkhianati para Girondis Caen. Marat berada di bak mandinya ketika Corday mengambil pisau dari korsetnya dan menikamnya di dadanya. Dia meninggal dan Corday menunggu dengan tenang polisi untuk datang dan menangkapnya.
Setelah tertangkap ia pun dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan. Ketika eksekusi akan dilakukan Charlotte dengan tenang menatap tajam mata sang algojo. Kepalanya pun ditebas dengan kapak, saat terputus sang algojo dengan kurang ajar mengangkat kepala Charlotte dan menampar pipinya. Semua orang yang menghadiri eksekusi itu melihat jelas, mata Charlotte terus melotot sambil wajahnya menyeringai murka setelah itu barulah kepalanya tak bereaksi lagi.

Saat Terpenggal, Kepala Wanita Ini Murka pada Algojo yang Menamparnya

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi