CINA, REQNews - Cina akhirnya melakukan otopsi pertama pada korban yang terbunuh oleh virus corona COVID-19 sekitar tujuh minggu setelah wabah muncul di kota Wuhan dan lebih dari lima minggu setelah pasien pertama meninggal.
Dilansir dari dailymail, Senin, 17 Februari 2020, berita itu muncul setelah seorang dokter terkemuka dari negara itu mengklaim bahwa birokrasi pemerintah yang harus disalahkan atas keterlambatan prosedur 'kritis', yang dapat membantu petugas medis dan ilmuwan lebih memahami penyakit ini.
Dua mayat diperiksa kemarin di Wuhan, pusat wabah dan hasilnya telah diserahkan untuk pemeriksaan lebih lanjut, menurut media pemerintah Cina.
Ahli patologi Liu Liang yang memimpin kedua prosedur pekan lalu mengatakan keterlambatan otopsi kemungkinan disebabkan oleh birokrasi.
Dia mengatakan tepat setelah epidemi dimulai, dia menyerahkan laporan darurat kepada pemerintah Hubei, menekankan pentingnya pemeriksaan postmortem. Dia mengatakan laporannya menerima balasan 'positif'.
Berbicara kepada Beijing Youth Daily, dia menambahkan bahwa banyak rumah sakit di Wuhan telah menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi dalam proses tersebut.
Dia curiga bahwa rumah sakit-rumah sakit ini belum menerima dokumen resmi untuk memungkinkan mereka melanjutkan operasi.
Dia menambahkan bahwa itu juga mungkin bahwa rumah sakit yang relevan khawatir tentang risiko melakukan otopsi pada korban coronavirus.
Menurut Kantor Berita Xinhua, otopsi dilakukan sesuai dengan hukum dan kebijakan negara itu dan setelah rumah sakit mendapatkan persetujuan dari anggota keluarga korban.
Postmortem pertama dilakukan pada jam 3 pagi di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan dan yang kedua selesai pada jam 6:45 sore.
Setiap operasi berlangsung selama tiga jam dan hasilnya dapat diharapkan dalam 10 hari, Prof. Liu mengatakan kepada China News.
Prof. Liu mengatakan otopsi dan pemeriksaan selanjutnya dapat memungkinkan para ilmuwan untuk mengamati tata letak virus di tubuh manusia dan kerusakan yang ditimbulkannya ke organ.
Dia mengatakan mereka dapat membantu dokter mendiagnosis dan merawat pasien yang relevan dengan lebih baik.
Otopsi dilakukan sekitar tujuh minggu setelah wabah virus corona terdeteksi di Wuhan di Provinsi Hubei, Cina tengah.
Liu tidak menjelaskan apakah autopsi dilakukan pada mayat dua korban pertama atau pasien yang sudah meninggal.
Dan lebih dari 71.430 telah menangkap virus, secara resmi dikenal sebagai COVID-19, termasuk 454 di kapal pesiar yang dikarantina di lepas pantai Jepang.
Sembilan puluh lima persen dari 2.000 kasus baru yang dicatat kemarin didiagnosis di Hubei, provinsi Cina yang sepi di pusat krisis.

Cina Lakukan Otopsi Pertama pada Korban Coronavirus, Apa Hasilnya?

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi