JAKARTA, REQnews - Malang nian nasib Slamet Jumiarto, warga Non Muslim yang ditolak saat pindah kontrakan di Padukuhan, Dusun Karet RT 8, Desa Pleret, Kabupaten Bantul hanya karena ia beda agama dengan warga setempat.Slamet yang beragama Katolik itu ditolak mentah-mentah warga Padukuhan yang menurut informasi semuanya Muslim. Padahal, ia sudah melengkapi seluruh berkas kepindahannya baik pada pemilik rumah, maupun menghadap langsung ketua RT setempat.Namun, rupanya di dusun tersebut ada aturan mainnya. Penolakan Slamet ternyata merujuk pada SK Pokgiat tentang Persyaratan Pendatang Baru di Padukuhan Karet, yang ditandatangani Ketua Pokgiat dan Kepala Dusun Karet. Mediasi pun sempat dilakukan, hasilnya, warga meminta Slamet segera angkat kaki.Sebenarnya Slamet sudah harus menempati rumah kontrakan tersebut sejak 29 Maret 2019 lalu, bersama istrinya. Karena musyawarah buntu, Ketua RT akhirnya hanya membolehkan Slamet tinggal selama enam bulan saja di Dusun Karet. Jelas saja keputusan itu ditolak juga oleh Slamet. Ia pun kesal dan melaporkan masalah itu kepada Sekretaris Sultan Hamengku Buwono X.Ia mengaku sudah mengeluarkan uang berjuta-juta untuk biaya kontrak dan biaya lainnya untuk renovasi. Slamet pun membuat syarat, ia akan angkat kaki jika pemilik rumah mengembalikan semua uangnya sebesar Rp 4 juta."Baru kali ini saya mendapati penolakan hanya gara-gara Non Muslim. Ironis, intoleransi seperti ini harus dihindari supaya Yogyakarta di mata nasional jadi baik," kata Slamet.Beberapa hari setelah penolakan, akhirnya Slamet pun bisa tenang. Otoritas di Padukuhan akhirnya mencabut aturan yang melarang Non Muslim tinggal di kawasan tersebut. Bahkan, Kepala Padukuhan Karet, Iswanto, sampai meminta maaf mengenai adanya aturan yang dinilainya diskriminatif itu.Iswanto berkata aturan larangan itu sebenarnya dibuat karena warga setempat khawatir makam Muslim dan Non Muslim tercampur di tempat yang sama. Aturan itu dulunya disetujui oleh 30 tokoh masyarakat setempat."Hari ini sudah dicabut. Permasalahan dengan Pak Slamet sudah tidak ada lagi, nanti kita mengikut aturan yang ada di pemerintahan saja," ujar Iswanto, Selasa 2 April 2019.Tapi, nasi sudah menjadi  bubur. Slamet sudah terlanjur membatalkan kontrak rumah dengan si pemilik. Bahkan, ia sudah meminta kembali uang sewa rumah yang diserahkan ke pemilik rumah. Pembatalan ini dilakukan sebelum aturan itu dicabut oleh otoritas di Padukuhan.Kasus ini juga menjadi sorotan tajam Bupati Bantul Suharsono. Ia secara tegas meminta agar tidak ada lagi aturan yang sifatnya diskriminatif di wilayahnya, apalagi yang tidak punya dasar hukum kuat serta bertentangan dengan keberagaman Indonesia."Itu melanggar hukum. Penting untuk dirembuk, warga bisa tinggal di situ yang penting tidak mengganggu," ujar Suharsono.

Tarik Ulur Nasib Slamet Jumiarto, Non Muslim yang Dilarang Tinggal di Karet Bantul

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi