JAKARTA, REQnews - <a href="https://www.reqnews.com/search?q=amnesty">Amnesty Internasional Indonesia</a>&nbsp;mencatat, vonis hukuman mati di Indonesia meningkat dalam setahun terakhir. Padahal, pemerintah menyatakan telah melakukan moratorium eksekusi, tapi sejumlah pengadilan justru menjatuhkan pidana mati.
Angka vonis mati di Indonesia tercatat sebanyak 80 kasus sepanjang 2019, meningkat nyaris dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 48 kasus. Sementara secara global, tren hukuman mati telah menurun dari 2.531 menjadi 2.307 vonis.
"Kami mencatat peningkatan sebesar 44 persen vonis mati di masa pemerintahan saat ini," kata Campaigner Amnesty Indonesia Justitia Avila Veda, Selasa 21 April 2020.
Baca juga:&nbsp;<a href="https://www.reqnews.com/news/15554/kejaksaan-didesak-tak-lagi-menuntut-hukuman-mati-di-pengadilan">Kejaksaan Didesak Tak Lagi Menuntut Hukuman Mati di Pengadilan</a>
Dari 80 vonis mati tersebut, 60 kasus di antaranya adalah perkara perdagangan narkotika, sementara 18 kasus terkait pembunuhan, satu kasus perkosaan dan satu lainnya terorisme. Delapan di antara total vonis mati itu dijatuhkan kepada warga negara asing.
Menurut Direktur Amnesty Indonesia Usman Hamid, peningkatan vonis mati di Indonesia ini menghkawatirkan. Ia menegaskan, vonis mati atas suatu kejahatan telah melangkahi hak asasi manusia untuk hidup dilindungi negara. Vonis mati baginya bukan solusi pengentasan kejahatan.
&ldquo;Terbukti bahwa hukuman mati tidak menimbulkan efek jera untuk tidak melakukan kejahatan,&rdquo; ujar Usman.&nbsp;
Karena itu, Amnesty mendesak pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengesahkan moratoium hukuman, dan eksekusi mati di Indonesia. Termasuk menerapkan pengalihan hukuman atau komutasi para terpidana mati yang saat ini menunggu eksekusi.
&nbsp;

Sadis! Era Joko Widodo, Vonis Mati di Indonesia Meningkat

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi