Krisis integritas untuk berkorban bagi kehidupan bangsa menggerus kepribadian bangsa.Kehidupan yang hedonis dan bersifat pragmatis-materialis, mengakibatkan orang enggan melaksanakan proses panjang yang berkelanjutan untuk meraih prestasi.Semua serba didangkalkan ketika proses instan lebih disukai.Orang ingin mendapat prestise tanpa melalui sebuah proses. Demikian hal nya dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan dengan cara instan,seperti halnya kebanyakan pejabat publik yang belakangan ini terbukti melakukan korupsi dengan berbagai modus operandi yang dilakukan,tentunya hal tersebut menguntungkan pihaknya dan kelompoknya sendiri. Korupsi yang secara konstan tinggi mengindikasikan bahwa krisis mental budaya yang dialami bangsa Indonesia benar-benar parah, kalau tidak dapat dikatakan berada pada titik nadir. Salah satu penyebab adanya krisis mental tersebut adalah dipengaruhi berbagai banyak faktor yang saling memepengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga rancu dan sulit menentukan faktor mana yang paling determinan menyumbang krisis mental tersebut.Dalam konteks budaya dalam transisi, krisis tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor negatif yang kami sebut sebagai perangkap penyimpangan dan kejahatan. Adapun beberapa faktor dominan yang turut serta menyumbang krisis mental tersebut adalah sebagai berikut:krisis keteladanan, diskriminatif dalam penerapan hukum,runtuhnya integritas penegak hukum, hukum menjadi rumit dan eksklusif, pola hidup konsumtif. Perilaku instan menyelusup dan menjerat segala aspek budaya di tanah air. Hal itu terutama dicirikan dengan kecendrungan orang untuk lebih menyukai simbol formal dari pada makna hakiki. Dalam dunia hukum, kebanyakan para penegak hukum lebih mementingkan kebenaran formal dibandingkan makna yang hakiki dari produk hukum itu sendiri. Padahal, pengertaian benar itu merupakan hasil intepretasi orang atas apa yang telah tertulis dalam teks hukum.Oleh karena itu, benar menurut hukum tidak sepenuhnya objektif sehingga kebenaran hukum itu pun beragam sebagai ekses hukum sebagai alat. Hukum menjadi tidak netral karena lebih berfungsi sebagai alat.Ketika krisis mental budaya menunjukan tanda-tanda semakin parah,salah satunya dengan cenderung menitikberatkan pada formalitas, menyiasati hukum hingga ke tahap menjadikan hukum sebagai alat kejahatan,sebagaimana tampak dalam tindak pidana korupsi itu sendiri.Kecendrungan itu sendiri perlu diwaspadai karena mampu merusak hukum,dan pada gilirannya dapat mengacaukan kehidupan berbangsa dan bernegara.(*)Ditulis oleh Krisogonus Dagama Pakur! Mahasiswa pascasarjana FH Universitas Trisakti, Jakarta.

Krisis Integritas Penegak Hukum

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi