JAKARTA, REQnews -&nbsp;Komisi Pemberantasan Korupsi (<a href="https://www.kpk.go.id/id/">KPK</a>) mengungkapkan kronologi kasus korupsi <a href="https://www.indonesian-aerospace.com/">PT Dirgantara Indonesia</a> (DI) yang merugikan negara hingga Rp 300 miliar. Kasus ini ikut menyeret mantan direktur Utama PT DI, Budi Santoso dan Asisten Direktur Utama bidang Bisnis Pemerintah, Irzal Rinaldi Zailani.&nbsp;
Ketua KPK <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Firli_Bahuri">Firli Bahuri</a>&nbsp;mengatakan, kasus ini mulai terjadi sejak tahun 2008. Kala itu, Budi melakukan rapat bersama-sama dengan mantan Direktur Niaga PTDI Irzal Rinaldi Zailani, Direktur Aircraft Integration Budi Wuraskito, Direktur Aerostructure Budiman Saleh dan Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan Arie Wibowo.
Rapat itu mengenai kebutuhan dana PT DI untuk mendapatkan pekerjaan di kementerian lainnya. Dibahas juga mengenai biaya entertaintment dan uang rapat yang nilainya tidak dapat dipertanggungjawabkan melalui bagian keuangan.
Budi lalu menginstruksikan agar tetap membuat kontrak kerja sama mitra/keagenan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut. Namun sebelum dilaksanakan tersangka Budi meminta agar rencana itu dilaporkan terlebih dahulu kepada pemegang saham yaitu Kementerian BUMN
"Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan kelanjutan kerja sama mitra keagenan, di antaranya proses kerja sama dilakukan dengan penunjukkan langsung, serta dalam penyusunan anggaran pembiayaan kerja sama dititipkan dalam 'sandi-sandi' anggaran pada kegiatan penjualan dan pemasaran,"&nbsp;ujarnya di Jakarta, Jumat 12 Juni 2020.
Setekah itu, Budi memerintahkan Irzal dan Arie menyiapkan administrasi dan koordinasi proses kerja sama mitra. Irzal lalu menghubungi Didi Laksamana untuk menyiapkan perusahaan yang akan dijadikan mitra.
Akhirnya didapatkan enam perusahaan mitra yakni PT DI, PT Angkasa Mitra Karya, PT Bumiloka Tegar Perkasa, PT Abadi Sentosa Perkasa, PT Niaga Putra Bangsa, dan PT Selaras Bangun Usaha. Mereka bertugas untuk mengerjakan proyek dan memenuhi kebutuhan terkait operasional perusahaan tersebut. Proyek fiktif ini pun&nbsp;menyebabkan kerugian keuangan negara sejumlah Rp303 miliar.
"Bahwa pada tahun 2011, PT DI baru mulai membayar nilai kontrak tersebut kepada perusahaan mitra/ agen setelah menerima pembayaran dari pihak pemberi pekerjaan. Selama tahun 2011-2018 jumlah pembayaran yang telah dilakukan oleh PTDI kepada 6 perusahaan mitra/agen tersebut sekitar R 205,3 miliar dan 8,65 juta dolar AS," kaata Firli.
Setelah enam perusahaan mitra menerima pembayaran dari PT DI, terdapat permintaan sejumlah uang baik melalui transfer maupun tunai sekitar Rp 96 miliar yang kemudian diterima oleh Budi, Irzal, Arie dan Budiman Saleh.
Saat&nbsp;ini KPK baru menetapkan dan mengumumkan dua orang sebagai tersangka yaitu Budi Santoso dan Irzal Rinaldi. Keduanya disangkakan melanggar Pasal 2 dan/atau Pasal 3 UU Tipikor Jo Pasal 55 Ayat 1 KUHP.&nbsp;Mereka pun ditahan selama 20 hari ke depan. (Bins)

Begini Kronologi Kasus PT DI yang Rugikan Negara Rp 300 Miliar

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi