JAKARTA, REQnews - Sektor industri kelapa sawit selain menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia, juga menjadi ajang bagi para oknum untuk melakukan ekspolitasi terhadap perempuan. Pemerkosaan dan pelecehan seksual, kerap terjadi di lingkungan para pekerja perempuan.&nbsp;
Dilansir dari&nbsp;Associated Press (AP) News pada 18 November 2020 dengan judul "AP Investigastion: Female Palm Oil Workers Face Abuse, No Pay", menyebutkan bahwa bentuk eksploitasi itu berupa beban pekerjaan yang berat, tidak memperoleh fasilitas kesehatan dan tunjangan, serta bekerja tanpa bayaran.
Dalam artikel tersebut juga disebutkan bahwa pelecehan seksual yang terjadi, mulai dari pelecehan verbal, ancaman, hingga pemerkosaan.
"Saya diancam, dia bilang 'kalau kau tak kasih badanmu itu, aku potong lehermu pakai kapak ini'. Dibukanya semua bajuku, ditariknya lagi, ditiduri aku, baru diludah-ludahi aku," ujar salah seorang narasumber perempuan, dikutip dari postingan instagram VOA Indonesia, pada Senin 23 November 2020.
Sebagai salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia nyatanya belum bisa menanggulangi permasalahan lapangan terhadap hak perempuan sebagai pekerja.
Para pekerja perempuan, baik dewasa maupun anak-anak yang bertugas untuk menyemprotkan pestisida, mengumpulkan biji-bijian yang lepas, dan juga membersihkan semak dari semak belukar, sering kali juga mengalami masalah kesehatan. Kerap kali mereka mengeluh karena pinggang dan perutnya yang sakit, sebab membawa beban yang berlebihan saat bekerja.
"Diteken sama ember, kan 20 kilo pupuknya di sebelah (badan). Makanya itu perutnya (rahim) kadang mau turun," ujar salah seorang narasumber perempuan, dikutip dari postingan instagram VOA Indonesia.
Selain itu, terdapat juga kasus di mana perempuan yang bekerja hanya dibayar 28 ribu per hari, tanpa jaminan kepastian kerja, jaminan perlindungan, dan kesehatan.
"Temuan kita di Kalimantan, ada buruh perempuan yang mengalami radang paru-paru. Kemudian matanya buta karena terpapar peptisida, dan itu semuanya tanpa tanggungjawab perusahaan," ujar Advokat Sawit Watch Hotler Parsaoran.
Terdapat juga perempuan yang bekerja tanpa bayaran, demi membantu suami memenuhi kuota harian. "Karena mereka hanya mengikuti suami mereka, jalan kami masih panjang untuk memperbaiki kondisi bagi perempuan dan anak-anak ini di masa depan," ujar Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Rafail Walangita.
&nbsp;
&nbsp;

Miris! Perkebunan Sawit Indonesia, Jadi Ajang Pelecehan Seksual Perempuan

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi