JAKARTA, REQnews - Bareskrim Polri berhasil mengungkap kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) jaringan international dengan modus Business E-mail Compromise (BEC).&nbsp;Dalam aksinya sindikat ini memanfaatkan negara-negara yang sedang mencari alat pelindung diri (APD) untuk pencegahan COVID-19.
"Kasus kejahatan dengan modus email compromise yang merupakan kasus kejahatan lintas negara yang menjadi atensi dari FATF atau Financial Action Task Force, selaku badan dunia yang dibentuk dalam penanganan kejahatan pencucian uang," ujar Kabareskrim Polri Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat konferensi pers, Rabu, 16 Desember 2020.
Menurutnya, kejahatan tersebut menjadi sorotan karena dilakukan saat Pandemi COVID-19 sedang melanda dunia. Di mana negara-negara sedang mencari alat-alat pencegahan COVID-19, baik berupa APD (Alat Pelindung Diri), maupun Rapid Tes.
"Terkait dengan kejahatan ini Bareskrim telah menangani 5 kasus melibatkan lintas negara. 3 kasus terkait dengan Covid-19 dan 2 kasus terkait transfer dana dan investasi," ujar Listyo.
Kabareskrim mengatakan, bahwa kasus penipuan yang terkait COVID-19 tersebut dialami oleh Italia, Belanda, dan Jerman. Sedangkan terkait dana dan investasi yaitu Argentina dan Yunani. Kasus tersebut menjadi menarik, karena melibatkan jaringan Internasional dengan warga negara Nigeria sebagai dalang, dibantu oleh warga negara Indonesia.
Bareskrim punmengamankan tersangka atas nama ODC alias Emeka dan Hafiz. Mereka bertugas untuk membuat dokumen fiktif dan seolah-olah menjadi direktur perusahaan fiktif yang dibantu saudara Dani dan Nurul.
"Sehingga total kerugian yang ditimbulkan adalah kurang lebih dari rangkaian kegiatan mereka, sebesar Rp 276 miliar dan saat ini kita sita Rp 141 miliar," katanya.
"Sedangkan untuk kasus yang sekarang, kita bisa menyita dokumen perusahaan fiktif dari perusahaan tersebut dan uang hasil kejahatan sejumlah Rp 27 miliar ditambahkan seluruhnya dari rangkaian yang ada ternyata saudara Emeka dan Hermawan ini sudah beberapa kali melakukan kejahatan dengan modus yang sama," lanjutnya.
Listyo menjelaskan bahwa kedua tersangka sebelumnya pernah melakukan hal serupa, yaitu pada tahun 2018 korbannya warga negara Argentina dengan kerugian mencapai Rp43 milliar, serta tahun 2019 dengan korban warga negara Yunani dengan kerugian kurang lebih Rp113 miliar.
"Ini sudah divonis 2 tahun 6 bulan. Sementara yang pertama tadi sudah divonis 3 tahun, dan di tahun 2020 yang bersangkutan kembali melakukan kejahatan yang sama ini korbannya adalah warga negara Itali dengan kerugian Rp58 miliar, dan di tahun 2020 juga korban warga negara Jerman dengan kerugian Rp10 miliar dan saat ini yang baru diekspose warga negara Belanda," jelasnya.
Sebelumnya, pelaku sudah divonis&nbsp;vonis dan menjalani hukuman di rutan Serang. Namun, dari balik jeruji penjara, pelaku masih melakukan kejahatan dan bekerjasama dengan&nbsp;kelompoknya di Nigeria dan Indonesia.
Untuk itu, pelaku disangkakan dengan pasal 378 dan 263 KUHP Pasal 85 Undang-Undang No 3 tahun 2011 tentang transfer dana. Kemudian pasal 45 juncto pasal 28 tentang ITE dan pasal 55 serta pasal 56 KUHP dan juga pasal 3 pasal 4 pasal 5 dan pasal 6 atau pasal 10 Undang-Undang No 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
Terakhir, Kabareskrim menghimbau kepada masyarakat yang merasa dirugikan karena modus tersebut, bisa segera melaporkannya ke Bareskrim Polri untuk segera ditindaklanjuti.

Tepuk Tangan! Bareskrim Bongkar Sindikat Pencucian Uang Modus BEC Rp 276 Miliar

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi