JAKARTA, REQnews - Wartawan Edy Mulyadi (EM) akhirnya memenuhi panggilan Bareskrim Polri, sebagai saksi dalam peristiwa penembakan Laskar Khusus Front Pembela Islam (FPI) di Tol Jakarta-Cikampek KM 50, di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis, 17 Desember 2020.
Namun,&nbsp;dirinya enggan disebut sebagai saksi. "Yang namanya saksi itu, apa yang dia dilihat, apa yang dia dengar, apa yang dia diketahui. Saya tiga-tiganya gak ada, saya cuma orang bilang, saya sampaikan lagi," ujar Edy Mulyadi di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis, 17 Desember 2002.
Sebelumnya, kepolisian sudah melakukan pemanggilan terhadap Edy pada Senin, 14 Desember 2020. Namun ia berhalangan hadir. "Saya sudah kasih pemberitahuan ke penyidik, saya berhalangan ada kegiatan lain," ujar Edy.
Pihak kuasa hukum, Abdullah Al Katiri mengatakan, bahwa kehadiran kliennya di Bareskrim adalah untuk melakukan klarifikasi. "Kami ke sini untuk klarifikasi masalahnya apa. Kalau beliau sebagai saksi, saksi atas terlapor siapa? Karena pasal-pasal yang digunakan ini membingungkan, ada kepemilikan senjata, ada perusakan, penganiayaan," ujar Abdullah.
Menurutnya, jika ada pihak yang merasa keberatan, bisa lakukan counter ada hak jawab yang ditembuskan ke dewan pers. Kemudian, terkait dokumen yang dipersiapkan, Abdullah mengatakan belum mempersiapkan apapun. "Tidak ada dokumen, kita belum tau. Dia permasalahin apa? Kita bawa apa? Kalo dia jelas permasalahannya kita bawa," ujarnya.
Menanggapi polemik terkait pembayaran saksi yang ia wawancara, Edy mengatakan bahwa itu bohong. "Yang pasti itu bohong, saya bilang dalam video saya, itu cara-cara PKI lah, cara-cara komunis yang memutar balikan fakta, memfitnah segala macam. Lagian kalo dibilang tiba-tiba ada yang ngaku, emang itu saksi gue? Terserah gue, gak mau ngomong," ujar Edy.
Sebelumnya, Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Ahmad Ramadhan pada Senin, 14 Desember 2020 mengatakan, bahwa EM tak perlu khawatir, karena penyidik hanya ingin mendapat informasi yang sebenarnya terkait dengan kejadian yang ia ketahui.
Ramadhan mengatakan, bahwa EM dipanggil sebagai saksi atas dugaan tindak pidana melakukan kekerasan secara bersama-sama di muka umum juncto tindak kepemilikan senjata api dan senjata tajam tanpa izin dan atau melawan petugas, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 KUHP jo Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dan atau Pasal 214 KUHP dan atau Pasal 216 KUHP.
Sebelumnya, EM sempat mengunggah sebuah video di akun YouTube-nya terkait dengan penembakan terhadap 6 anggota FPI itu. Dalam video berdurasi 07. 07 detik, EM mengaku sudah mewawancarai sejumlah pedagang di lokasi kejadian tersebut.

Penuhi Panggilan Bareskrim, Edy Mulyadi Enggan Disebut Saksi

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi