Pyongyang, REQNews.com -- Korea Utara (Korut) menembak mati seorang pengelola armada kapal penangkap ikan hanya karena mendengar radio siaran luar negeri.
Radio Free Asia (RFA) melaporkan pengelola armada kapal, yang juga kapten salah satu kapal nelayan, bernama belakang Choi. Ia dilaporkan seorang awak kapal yang kesal karena Choi selalu mendengarkan radio luar negeri.
UU Korut mengancam rakyatnya dengan hukuman mati jika ketahuan, atau dilaporkan, mengakses informasi dari outlet berita luar negeri. Korut menganggap outlet berita luar negeri adalah siaran terlarang.
Rakyat Korut di daratan tidak mungkin mengakses informasi dari luar, tapi nelayan -- yang kebetulan berada di lautan luas -- sangat mudah mendengar siaran radio apa pun.
Salah satu outlet luar negeri yang mereka sukai adalah RFA Korean Service.
Seorang penegak hukum di Provinsi Hamgyong Utara, Korea Utara, mengatakan Oktober 2020 lalu Kapten Choi dieksekusi di depan regu tembak setelah dinyatakan bersalah mendengarkan RFA Korea Service.
Kapten Choi berusia 40-an. Dia bekerja di pangkalan perikanan yang berafiliasi dengan Biro Partai Sentral 39 -- sebuah organisasi rahasia yang bertugas memelihara dana gelap orang nomor satu Korut Kim Jong-un.
Choi adalah pengelola 50 kapal. Dalam interogasi, Kapten Choi mengaku mendengarkan RFA Korea Service sejak usia 24 tahun, atau saat bertugas di militer sebagai operator radio.
Usai wajib militer, Kapten Choi masih mendengarkan radio itu. Bahkan ia seolah memperoleh kebebasan mendengarkan radio saat berada di tengah laut.
Mengakses informasi dari luar adalah tindakan subversif di Korut. Hukuman mati untuk pelakunya dilakukan di mana penegak hukum suka. Khusus untuk Kapten Choi, hukuman mati digelar di tempat kerja, dengan semua orang harus menyaksikan.
Pejabat parti dan petugas keamanan yang mengijinkan Choi bekerja menghadapi hukuman lain, yaitu dipecat.

Gegara Mendengarkan Radio Luar Negeri, Kim Jong Un Hukum Mati Seorang Nelayan

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi