Manila, REQNews.com -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam memberi makan virus Covid-19 kepada polisi yang membunuh dua penduduk sipil di Tarlac, Minggu lalu.
"Beri makan polisi itu virus Covid-19," kata Presiden Duterte kepada Kepolisian Nasional Filipina (PNP).
Sersan Utama Polisi Jonel Nuezca menembak mati Sonya Gregorio (52) dan Frank Anthony Gregorio (25), putra Sonya, dalam pertengkaran soal boga -- meriam kecil yang dibuat untuk pesta Tahun Baru.
Penembakan terekam kamera dan viral. Penduduk Filipina marah. Muncul perdebatan tentang budaya impunitas di kepolisian, yang membuat Presiden Duterte merasa perlu berkomentar.
Beberapa pengamat mengatakan budaya impunitas di kepolisian muncul ketika Presiden Duterte menggunakan kekerasan berlebih, atau kekerasan jalanan, dalam perang melawan narkoba.
Pembunuhan bandar narkoba terjadi di jalan-jalan, dan rumah-rumah kumuh di sekumur Manila. Korbannya tidak hanya bandar dan pengecer narkoba, tapi pejabat kepolisian dan pemerintah kota yang berbisnis narkoba.
Di era Presiden Duterte, polisi Filipina menjadi menakutkan dan ditakuti. Polisi seolah memilik membunuh, dengan jaminan tidak dihukum.
Nuezca adalah polisi bermasalah. Tahun 2004 ia mengalami degradasi pangkat akibat memeras pengemudi becak. Semula pangkatnya adalah sersan master senior, lalu turun menjadi sersan utama.
Dalam pidato publik mingguan, Presiden Duterte menjamin akan ada hukuman yang pantas untuk Nuezca. Ia juga mengimbau PNP meninjau kembali proses rekrutmen, agar tidak ada lagi orang seperti Nuezca di kepolisian.
Duterte, yang dituduh terlalu lunak terhadap kepolisian dan tentara, berjanji melindungi personel berseragam tapi tidak mencakup mereka yang terlibat dalam kejahatan.

Polisi Tembak Dua Penduduk Sipil, Presiden Duterte: Beri Makan Virus Covid-19 ke Polisi Itu

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi