JAKARTA, REQnews -&nbsp;Kuasa hukum Benny Tjokro menilai kliennya hanya sebagai korban atau tumbal dari proses hukum megakorupsi Jiwasraya.
Pernyataan itu muncul pasca Pengadilan Tinggi Jakarta memutuskan menolak banding yang diajukan Benny Tjokrosaputro alias&nbsp;Benny Tjokro&nbsp;(Bentjok). Vonis tersebut dibacakan Hakim pada 26 Februari lalu.
Alhasil, pendekar saham itu tetap divonis penjara seumur hidup. Sebelumnya di tingkat pertama Benny divonis pidana penjara seumur hidup dan denda Rp 16,807 triliun.
Dalam putusan banding disebutkan, "menguatkan putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 29/Pid.Sus/TPK/2020/PN.Jkt.Pst. tanggal 26 Oktober 2020 yang dimintakan banding tersebut. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan," demikian kutipan putusan banding dikutip dari&nbsp;situs&nbsp;resmi Mahkamah Agung (MA), Rabu 14 Maret 2021.
Menanggapi putusan tersebut, Kuasa Hukum Bentjok, Bob Hasan mengatakan bahwa kliennya sebagai korban dan 'tumbal' Jiwasraya karena berdasarkan dari transaksi bisnis saham yang dilakukan Bentjok dengan Jiwasraya hanya berkaitan mengenai&nbsp;repurchase agreement&nbsp;(Repo) dan&nbsp;Medium Term Note&nbsp;(MTN).
"Repo sudah ditebus Benny sebanyak Rp 200 miliar dari pinjaman gadai Rp150 miliar sehingga penerima gadai untung Rp 50 miliar. Lalu MTN telah dilunasi Benny sebesar Rp 680 miliar dengan keuntungan 15% kepada pembeli," ucap Bob Hasan di Jakarta, Sabtu 13 Maret 2021.
Repo adalah proses pinjaman antara pihak pertama kepada kedua dengan jaminan seperti saham, obligasi, maupun surat utang negara. Nantinya, pihak pertama sebagai peminjam akan menebusnya dengan jumlah lebih besar dari nilai pinjaman.
Sedangkan MTN, yakni surat utang jangka menengah atau lebih dikenal dengan istilah Medium Term Note adalah surat utang yang memiliki jangka waktu antara 5 hingga 10 tahun, tetapi masanya bisa saja hanya 1 tahun. MTN dikeluarkan oleh perusahaan yang membutuhkan dana pembiayaan dalam jangka pendek hingga menengah.
Menurut Bob, MTN yang ditebus Bentjok itu bukan berasal dari perseroan Jiwasraya, namun kepada Asabri. Pasalnya, Jiwasraya ternyata menjual MTN PT Hanson International yang dimiliki Bentjok kepada Asabri.
Sementara transaksi Repo, Bob menilai bisnis tersebut pun tidak dapat dikategorikan langsung antara kliennya dengan Jiwasraya. Sebab, transaksi pinjam-gadai dilakukan Bentjok dengan pihak Manager Investasi (MI) yang bertugas mencari pemegang saham sedang butuh modal.
"Sebetulnya tanggung jawab pihak MI kenapa saham Benny bisa sampai ke Jiwasraya. Saham Benny dalam transaksi Repo juga hanya berkode MYRX dan BTEK," kata Bob melalui keterangan tertulis.
Bob juga menyampaikan bahwa Jiwasraya sudah mengalami kesulitan keuangannya sejak tahun 2006-2010. Sedangkan kliennya baru terlibat dalam transaksi bisnis saham yang terkait dengan Jiwasraya pada tahun 2015-2016.
"Itu terbesar bisnis sahamnya dengan grup Bakrie. Sedangkan Benny melunasi pinjamannya tahun 2015," ucapnya.

Benny Tjokro Tumbal Proses Hukum Megakorupsi Jiwasraya, Percaya?

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi