Taipei, REQNews.com -- Sekelompok perempuan menyeru wanita Taiwan untuk menyumbangkan bra dan pakaian dalam bekas, yang akan digunakan warga sipil Myanmar melawan tentara dan polisi.
Seeing Taiwan Girl, sebuah grup Facebook yang berkomitmen membantu wanita kurang beruntung di wilayah Pasifik, meluncurkan kampanye sejak 10 Maret dengan tujuan mengumpulkan 5.000 bra bekas untuk disumbangkan ke rakyat sipil Myanmar.
Myanmar terjerumus ke dalam konflik kekerasan sipil-militer sejak 1 Februari, setelah militer mengambil alih kekuasaan sipil. Korban tewas berjatuhan di jalan-jalan, tapi warga sipil terus melawan.
Irrawaddy.com melaporkan jumlah korban sampai saat ini mencapai 130 orang, dan dua ribu lebih ditahan. Korban masih akan terus bertambah karena warga sipil belum memperlihatkan tanda-tanda menyerah, dan militer makin brutal.
Jalan-jalan di Yangon, Mandalay, dan kota-kota di Myanmar, dihiasi jemuran longyis -- pakaian mirip sarung yang digunakan perempuan. Terdapat mitos, lelaki yang lewat dibawah longyis akan kehilangan kejantanan dan kekuatan.
Mitos itu dipercaya. Tentara dan polisi menolak lewat di bawah jemuran longyis. Sebagai gantinya, mereka menembak pengunjuk rasa dari jarak jauh.
Junta militer mengumumkan darurat militer di beberapa bagian Yangon, setelah 60 orang tewas di jalan-jalan. Namun, tidak ada indikasi gerekan perlawanan sipil melemah.
Menyusul pembakaran empat pabrik garmen dan pupuk yang didanai investor Cina, Taiwan mengibarkan bendera nasional agar warga sipil bisa mendidentifikasi. Sebuah perusahaan Taiwan terjebak dalam kerusuhan itu, tapi tidak ada yang terluka.
&nbsp;

Taiwan Sumbang 5.000 Bra ke Myanmar Sebagai Senjata Melawan Tentara dan Polisi

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi