London, REQNews.com -- Tahun lalu, Muslim Inggris menjalankan puasa Ramadhan seperti biasa. Sebuah studi memperlihatkan praktek keagamaan itu tidak menyebabkan tingkat kematian akibat Covid-19 di kalangan Muslim.
Studi yang diterbitkan Journal of Global Health menyebutkan tidak ada bukti yang menunjukan Muslim yang menjalankan ibadah puasa lebih mungkin terinfeksi Covid-19 dan meninggal.
Selama Ramadhan, yang berlangsung empat pekan, umat Islam di seluruh dunia tidak makan dan minum sejak fajar sampai matahari terbenam.
Di Inggris, tiga juga Muslim -- sekitar lima persen dari populasi -- menjalankan ibadah ini sampai hari terakhir. Kebanyakan dari mereka berlatar belakang Asia Selatan.
Bersama kelompok minoritas lain, Muslim terkena dampak pandami secara tidak proporsional. Namun temuan peneliti menunjukan praktik berpuasa Ramadhan tidak memiliki efek merugikan pada kematian akibat Covid-19.
"Ada banyak komentar yang menunjukan bahwa perilaku dan praktik budaya komunitas minoritas menjelaskan peningkatan keterpaparan virus korona," demikian saran dari beberapa komentator Inggris tahun lalu seperti tertulis dalam laporan."
Semua dilaporkan ada lonjakan infeksi selama Ramadhan. Ternyata, klaim itu tidak berdasar bukti. Klaim itu hanya menjadi gangguan yang tidak membantu ketidaksetaraan dalam faktor penentu sosial kesehatan, terutama ketidaksetaraan dalam kondisi hidup dan kerja, yang mendorong ketidaksetaraan kesehatan untuk semua kelompok kurang beruntung secara sosial, sebelum dan selama pandemi.
 Tidak Memiliki Efek Merugikan
Laporan itu didasarkan pada analisis komparatif tingkat kematian Covid-19 selama Ramadan tahun lalu, yang dimulai 23 April, atau tak lama setelah gelombang pertama memuncak di Inggris.
Tidak ada perayaan, shalat tarawih di masjid ditiadakan selama Ramadan, sejalan penguncian nasional. Peneliti menganalisis tingkat kematian di lebih selusin wilayah otoritas lokal di Inggris, di mana populasi Muslim mencapai 20 persen.
Mereka menemukan kematian terus turun di wilayah itu selama Ramadhan. Trent itu berlanjut setelah Ramadhan. Jadi, tidak ada efek merugikan yang tertinggal setelah Muslim berpuasa sebulan penuh.
Salman Waqar, yang ikut menulis laporan penelitian, mengatakan temuan itu menunjukan Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 tidak memiliki efek merugikan.
Data penelitian ini juga membantah komentar politisi Inggris, bahwa komunitas tertentu -- khususnya Muslim Asia Selatan -- bertanggung jawab atas peningkatan kasus tahun lalu.
Dewan Muslim Inggris (MCB), badan yang menaungi Muslim di Inggris, mengatakan laporan ini membantah asumsi negatif bahwa Muslim melanggar aturan penguncian di bulan Ramadhan dan menyebabkan lonjakan infeksi.
Persepsi semacam itu tertanam dalam prasangka, dan dirancang untuk mengkambing-hitamkan komunitas Muslim. Atau untuk tujuan lain, yaitu mengalihkan kesehatan struktural yang lebih luas yang dihadapi kelompok marjinal lainnya.
"Kami berharap Ramadhan tahun ini terbebas dari asumsi, dan bahwa tindakan pragmatis pada tingkat kebijakan mengatasi penyebab ketidaksetaraan yang disoroti oleh pandemi," kata Omar Begg, juru bicara MCB.
Sebanyak 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia berpuasa selama Ramadhan, kecuali mereka yang memiliki alasan kesehatan dan tidak mungkin berpuasa.
Meski demikian, MCB meminta Muslim Inggris mengambil setiap tindakan pencegahan Covid-19 selama bulan suci ini kendati terjadi penurunan tingkat infeksi dan pengurangan penguncian.
"Ini penting mengingat dampak yang tidak proporsional dialami komunitas Muslim dalam kasus Covid-19 dan kematian, serta penggunaan vaksin," kata Begg, merujuk keraguan umat Islam akan vaksin.
Juru bicara pemerintah Inggris tidak menanggapi laporan itu secara langsung, tapi mengatakan; "Bukti menunjukan Covid-19 berdampak tidak proporsional pada kelompok tertentu."
"Kami melakukan segala cara melindungi dan meminimalkan risiko bagi individu dan komunitas lebih rentan," kata juru bicara Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC) Inggris.

Berpuasa di Masa Pandemi Covid-19 tidak Merugikan Bagi Muslim

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi