JAKARTA, REQnews -&nbsp;Mahkamah Agung (MA) menolak permohonan&nbsp;peninjauan kembali (PK) terhadap Yulianto&nbsp;(48) seorang tukang pijat yang telah membunuh 7 orang.
"Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa&nbsp;Yulianto bin Wiro Sentono&nbsp;dengan pidana mati." bunyi putusan nomor 69 PK/Pid/2019 sebagaimana dikutip REQnews dari laman Direktori Putusan Mahkamah Agung, Rabu 14 April 2021.
Dengan demikian hukuman mati terhadap Yulianto kini berkekuatan hukum tetap (inkracht)&nbsp;dan tidak bisa ditawar lagi.&nbsp;
Warga Sukoharjo, Jawa Tengah itu diketahui tetap tenang dan tertawa sepanjang pemeriksaan seakan tidak mempunyai beban.
Pria yang dikenal sebagai "Jagal Kartasura" ini sehari-hari bekerja sebagai tukang pijit di kampungnya. Siapa sangka laki-laki bertubuh mungil ini tega menghabisi 7 nyawa korbannya.
Salah satu korbannya adalah anggota Grup 2&nbsp;Kopassus&nbsp;Kandang Menjangan, Kopda Santoso.
Kronologi Kasus
Kasus pembunuhan yang terbongkar pada pertengahan 2010 itu sempat membuat geger warga Jawa Tengah.&nbsp;
Dari ke 7 korban, pembunuhan yang bisa dibuktikan di pengadilan hanya 3 korban yakni Sugiyo, Suhardi dan Santoso.
Dalam&nbsp;Putusan No. 1599 K/Pid/2011 dijelaskan kronologi hilangnya nyawa para korban.
-Korban Sugiyo
Tahun 2005,&nbsp;pada hari tanggal serta bulan yang tidak dapat dipastikan&nbsp;bertempat di Kampung Kragilan, Desa Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah korban Sugiyo diketahui&nbsp;sering meminjam uang kepada Yulianto hingga terkumpul sebanyak Rp 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah). Tiap kali pelaku menagih utang tersebut korban selalu beralasan dan mengelak. Alih-alih membayar, korban bahkan akan pinjam lagi uang kepada pelaku&nbsp;sebesar Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah).
Merasa jengkel dan kesal&nbsp;Yulianto beralasan mengatakan&nbsp;&ldquo;sekarang kalau pinjam uang itu harus pakai sertifikat, karena kalau butuh pinjaman sebanyak itu tidak pakai sertifikat susah dapatnya&rdquo;.
Singkat cerita korban menyerahkan sertifikat tanah dan meminta pinjaman uang Rp 6 juta yang dijanjikan pelaku namun tidak diberikan.&nbsp;Korban lantas meminta kepada pelaku untuk memijat dirinya&nbsp;karena badannya pegal-pegal. Baru sebentar memijat, pelaku&nbsp;mengatakan akan membuat ramuan jamu ditambah dengan buah kecubung untuk diminum korban.
Setelah diminum tubuh korban menjadi lemas dan saat itulah pelaku&nbsp;dari arah belakang mencekek leher dan membungkam mulut Sugiyo dengan menggunakan tangannya sekitar 20 (dua puluh) menit sampai Sugiyo tidak bergerak.
Untuk memastikan korban sudah meninggal, pelaku lantas memeriksa denyut nadi korban. Setelah dipastikan tidak bernyawa, pelaku membawa mayat korban dengan kantung plastik atau kresek dengan keadaan badan mayat terlipat dan dibawa ketempat bekas pembakaran batu bata.
Sadisnya lagi pelaku membakar korban Sugiyo hingga tubuh Sugiyo menyusut/mengecil. Setelahnya tubuh Sugiyo&nbsp;dimasukan ke dalam karung kresek lagi dan dikuburkan dilubang tanah bekas galian batu bata, disamping kandang sapi dibelakang rumah pelaku Yulianto.
&nbsp; -Suhardi
Tepatnya bulan Januari 2007 bertempat di Gua Cermai Bantul Jogjakarta, Suhardi juga menjadi korban Yulianto.
Pada awalnya Yulianto diajak oleh Suhardi untuk melakukan sesirih guna mendapatkan ketenangan hidup dan untuk dimudahkan mencari rejeki.
Sebanyak 13 kali melakukan sesirih, Suhardi tidak pernah memberikan uang atau upah kepada pelaku Yulianto. Bahhkan 5 ekor kambing pelaku pernah mati.&nbsp;
Merasa jengkel terhadap korban, saat sesirih terakhir pelaku memang telah berniat untuk menghabisi nyawa korban.&nbsp;Disepakatilah tempat bersemedi di&nbsp;Gua Cermai Bantul Jogjakarta. Saat semedi berlangsung, dari arah belakang pelaku mencekek&nbsp;leher Suhardi dengan menggunakan kedua tangannya, pada saat Suhardi berontak&nbsp;dia terjatuh ke dalam lubang yang ada airnya.
Pelaku lantas menekan kepala korban kedalam air selama sekitar 25 menit. Setelah dipastikan meninggal, pelaku menenggelamkan korban ke&nbsp;dalam genangan air, dan diatas mayat Suhardi ditindih dengan batu besar berbentuk lempeng.
-&nbsp;Santoso
Sungguh malang nasib anggota kopassus ini juga menjadi korban. Santoso datang kerumah Yulianto untuk berobat&nbsp;ambeyen. Setelah bersepakat,&nbsp;pengobatan akan dilakukan selama 14 kali pertemuan dengan tarif sebesar Rp 30.000,00 (tiga puluh ribu) sekali pertemuan, yang akan dibayar setelah semuanya selesai.
Singkat cerita sudah berjalan 7 kali namun korban tidak melakukan pembayaran dan secara tiba-tiba&nbsp;Santoso menghentikan pengobatannya selama 3 (tiga) hari berturut-turut tanpa memberitahu Yulianto.
Merasa khawatir kalau ongkos pengobatannya tidak dibayar, timbul niat&nbsp;jahat Yulianto menghabisi nyawa Santoso jika datang lagi dan tidak mau membayar.
Pada&nbsp;hari Minggu 8 Agustus 2010 bertempat di Kampung Kragilan, Desa Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Yulianto&nbsp; menghubungi Santoso melalui Hand Phone dengan mengatakan:
&ldquo;Pak diterusin nggak?&rdquo; dan dijawab oleh Santoso &ldquo;ya-ya nanti sore saya kesana&rdquo;, Sekitar&nbsp;pukul 20.45 Wib Santoso datang keruumah pelaku dan minta untuk dipijat, pada saat&nbsp;Yulianto melakukan pemijatan&nbsp;terjadilah percakapan:
&ldquo;pak ini dilanjut apa sampai disini ?&rdquo; tanya Yulianto
&ldquo;kalau sampai disini gimana&rdquo; jawab Santoso.
&ldquo;kalau tidak diterusin gimana administrasinya dihitung no&rdquo;&nbsp; tanya Yulianto lagi
&ldquo;entar&rdquo;, kata Santoso
Merasa jengkel dan marah, pelaku menjalankan niat jahatnya untuk membunuh korban. Pelaku pun membuat ramuan untuk diminum korban.&nbsp;
Setelah korban lemas, pelaku segera mencekik leher korban dengan tangannya hingga meninggal dunia.
Takut aksi bejatnya diketahui, pelaku menggali lubang di kamar bekas dapur dan memasukkan mayat korban ke lubang galiannya.&nbsp;
&nbsp;
Babak Akhir Yulianto
Nampaknya pepatah lama "sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga" tepat untuk&nbsp;analogi perjalanan Yulianto dalam menyimpan kejahatannya.&nbsp;
Pada Agustus 2010 sang isteri, Mul merasa curiga dengan keberadaan gundukan tanah di dalam rumahnya.
Kala itu Mul bertanya perihal gundukan itu kepada Yulianto namun sang suami justru meluapkan kemarahan.
Tak hanya itu, Mul juga curiga dengan motor milik Kopda Santoso mengapa bisa digunakan oleh suaminya.&nbsp;
Mul memutuskan untuk bercerita dengan anggota kopassus.
Anggota kopassus mendatangi lokasi kejadian dan melakukan pemeriksaan pada gundukan.&nbsp; Saat itulah kebusukan yang disimpan Yulianto bertahun-tahun terbongkar.

Jejak Yulianto Pembunuh Sadis Anggota Kopassus Hingga Dihukum Mati

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi