Yangon, REQNews.com -- Khet Thi, penyair Myanmar yang mendedikasikan diri melawan junta militer, tewas dalam tahanan dan tubuhnya tak utuh saat dikembalikan ke keluarganya.
Penyair berusia 45 tahun itu ditangkap rezim militer setelah menulis di laman Facebook-nya; "Mereka menembak di kepala, tapi mereka tidak tahu revolusi ada di dalam hati."
Khet dan istrinya, Sabtu 8 Mei, dibawah tentara untuk diinterogasi di pusat kota Shwebo di wilayah Sagaing, pusat perlaanan teradap rezim militer.
"Saya dan suami saya diinterogasi," kata Chaw Su, istri Khet Thi, seraya menangis. "Saya kembali ke rumah, tapi suami saya pulang delam keadaan tak bernyawa dan organ dalamnya dipreteli."
Menurut Chaw Su, tentara meneleponnya pagi hari dan mengatakan agar menemuinya di rumah sakit Monywa. "Saya pikir itu hanya suami saya mengalami cedera serius, misal lengah patah, akibat dianiaya," kata Chaw Su. "Saat saya tiba di rumah sakit, Khet Thi berada di kamar mayat, dengan organ dalamnya diambil."
Pihak rumah sakit mengatakan Khet Thi punya masalah jantung. Chaw Su tidak ingin repot-repot membaca laporan medis karena tahu itu tidak benar.
Tentara berencana memakamkan Khet Thi, tapi Chaw Su berkeras mengambil jenazah suaminya. Tentara merestui, dan mengembalikan jenazah sang penyair.
 Insinyur, Pembuat Kue
Khet Ti adalah rekan K Za Win, penyair usia 39 tahun yang ditembak mati saat protes anti kudeta awal Maret lalu.
Keduanya adalah tokoh budaya penentang kudeta. Keduanya turun ke jalan meski terancam ditembak atau ditangkap.
Khet Thi seorang insinyur. Ia meninggalkan pekerjaannya tahun 2012 untuk fokus pada dunia kepenyairan, dan menghidupi diri dengan membuat dan menjual es krim dan kue.
"Saya tidak ingin menjadi pahlawan. Saya tidak ingin menjadi martir. Saya tidak ingin menjadi orang lemah. Saya tidak ingin menjadi orang bodoh," tulisnya dua pekan setelah kudeta.
"Saya tidak ingin mendukung ketidak-adilan. Jika saya hanya punya waktu satu menit untuk hidup, saya ingin hati nurani saya bersih saat itu."
Baru-baru ini dia menulis bahwa dia adalah gitaris, pembuat kue, dan penyair, bukan orang yang bisa menembakan senjata. Tapi dia menyatakan sikapnya berubah.
"Orang-orang saya ditembak dan saya hanya bisa melempar puisi," tulisnya. "Tapi jika kami yakin suaramu tidak cukup, maka kamu harus memilih senjata dengan hati-hati. Aku akan menembak."

Penyair Myanmar Tewas di Tahanan Militer, Bagian Dalam Tubuhnya Dipreteli

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi