JAKARTA, REQnews - Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Prof Hindra Irawan Satari, mengungkapkan bahwa sudah ada 30 orang meninggal dunia setelah menjalani vaksinasi Covid-19.
Sebanyak 27 orang meninggal setelah disuntik vaksin Sinovac dan 3 meninggal usai disuntik vaksin AstraZeneca. Namun, katanya, kematian ini tidak terkait dengan vaksinasi Covid-19.
Selain itu, KIPI juga menerima 211 laporan keluhan serius setelah disuntik vaksin, namun semuanya bisa diatasi.
"Yang meninggal dari Sinovac ada 27," kata Prof Hindra dalam rapat kerja bersama DPR Komisi IX, dikutip Jumat, 21 Mei 2021.
Adapun rincian 27 kasus meninggal usai disuntik vaksin Sinovac adalah 10 meninggal karena Covid-19, 14 meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 10 meninggal karena gangguan fungsi ginjal mendadak, 2 meninggal karena diabetes melitus dan hipertensi tidak terkontrol.
"Kenapa kami bisa membuat diagnosis itu, karena datanya lengkap, diperiksa, dirawat, dirontgen, di CT-Scan, di-lab, jadi dapat diagnosisnya, jadi semuanya tertangani," ujarnya.
Begitu pula dengan 3 kematian usai divaksin AstraZeneca diklaim tidak terkait dengan vaksinasi. Adapun rinciannya adalah seorang pemuda di Jakarta Timur berusia 21 tahun, driver ojol berusia 60 tahun, dan seorang pemuda dari Ambon.
Pemuda tersebut mengalami efek samping demam setelah divaksin di GBK. Namun, dia menolak dirawat di RS padahal suhu tubuhnya mencapai 39 derajat Celcius. Keesokan harinya, kondisi pemuda tersebut makin lemah dan akhirnya meninggal dunia.
Meski begitu, belum bisa dipastikan apakah ia meninggal karena vaksin atau bukan, lantaran kekurangan data.
"Kebetulan ada dokter dan melihat, dan diagnosisnya death on arrivial. Jadi sulit untuk menentukan penyebab kematiannya, karena enggak ada data, enggak pernah periksa sama dokter, datang sudah meninggal," terang Prof Hindra.
Selanjutnya, ada kasus driver ojol lansia berusia 60 tahun yang tidak menginformasikan bahwa dirinya sesak napas.
"Ojek online datang ke tempat pelayanan vaksin, biasa diwawancara, namun nggak diperiksa di faskes pos vaksinasi, nggak diperiksa, langsung divaksin," kata Prof Hindra.
Keesokan harinya, driver ojol itu datang ke puskesmas dengan keluhan sesak. Rupanya, driver tersebut mengidap radang paru.
"Besoknya dia ke puskesmas di DKI Jakarta, sesak, dia juga bilang ke puskesmas sehari sebelum divaksin dia sudah sesak, pas diperiksa di puskesmas ini radang paru," lanjutnya.
Driver ojol lansia itu sempat menolak diinkubasi. Setelah dibujuk, dia akhirnya bersedia dirawat, namun sayangnya fasilitas RS penuh. Akhirnya, dia meninggal beberapa hari kemudian.
"(Kondisinya) semakin berat harus dirujuk, nggak ada tempat, makin jelek, harus diintubasi, menolak. Waktu akhirnya sudah bersedia, baru mau ditindak, tempatnya sudah penuh, meninggal 4-5 hari kemudian, jadi dia meninggal karena radang paru," lanjut Prof Hindra.
Sementara itu, pria di Ambon yang berusia 45 tahun itu meninggal karena terinfeksi Covid-19 dengan keluhan awal demam dan batuk pilek.
"Satu lagi di Ambon, dia 45 tahun, disuntik, besoknya dia demam, batuk pilek, kemudian semakin memberat, diperiksa, Covid-19-nya positif, jadi dia meninggal tiga hari kemudian. Akhirnya meninggal karena Covid-19, bukan karena vaksin," tandasnya.

Data Komnas KIPI: 30 Warga Meninggal Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Ini Daftarnya!

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi