JAKARTA, REQnews-&nbsp;Sadar atau tidak masyarakat Indonesia lebih memilih &lsquo;solusi damai&rsquo; saat terjerat pelanggaran hukum . Kebiasaan verbal yang tumbuh subur ini diinternalisasi dan dimaklumi sampai dianggap wajar dalam pergaulan sehari-hari. Padahal, kata-kata atau pernyataan itu bermasalah banget.
Media sendiri menggunakan&nbsp;istilah &ldquo;berakhir damai"&nbsp;soal suatu skandal yang diselesaikan tanpa menempuh proses non-litigasi. Hal ini bisa jadi karena pelaku dan korban sepakat untuk berdamai.
Metode menyelesaikan masalah secara &ldquo;damai&rdquo; atau &ldquo;kekeluargaan&rdquo; terlanjur mengakar dalam budaya masyarakat Nusantara. Dilansir dari Vice 7 Juli 2019, Sosiolog Universitas Padjadjaran, Yusar Muljadji menyebut masyarakat Indonesia masih mewarisi karakter masyarakat kolektif yang punya banyak alternatif penyelesaian masalah
"Damai itu artinya berasosiasi dengan diselesaikan tanpa campur tangan peradilan, tapi menggunakan norma-norma yang bukan hukum positif. Di kita emang tipikal masyarakat komunal ya. Jadi masalah tuh bisa diselesaikan dengan urun rembug. Hukum formal dianggap memakan waktu kemudian juga adanya&nbsp;culture expose&nbsp;sehingga bisa mempermalukan. Nah jadi untuk menjaga agar tidak ada pihak yang menanggung malu, itu dilakukan secara damai dalam tanda kutip,&rdquo; kata Yusar.
Contoh paling umum adalah saat tertilang, masyarakat lebih memilih &lsquo;solusi damai&rsquo; dengan memberikan uang Rp. 100.000 sampai Rp.150.000 padahal hal ini sudah diatur Pasal 209 KUHP ayat (2), yakni: barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang pejabat dengan maksud menggerakkannya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. Tak hanya menjadi pidana bagi si penyuap, si Polisi pun dapat dikenakan hukuman sebagaimana diatur Pasal 419 KUHP, dengan ancaman penjara paling lama lima tahun. (RAN)

Kenapa Masyarakat Indonesia Suka 'Solusi Damai' Saat Terjadi Pelanggaran Hukum?

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi