JAKARTA, REQnews -&nbsp;Jika selama ini Amerika Serikat merespons isu krisis nuklir Iran dengan cara penuh amarah, ancaman dan sanksi, beda lagi cara Uni Eropa menanggapi isu tersebut.
Uni Eropa lebih memilih cara-cara tenang dan melalui jalur diplomatik untuk menyelesaikan persoalan tersebut, dibanding harus adu tegang dan saling ancam seperti yang selama ini ditunjukkan Presiden AS Donald Trump.
Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini berkata sisa anggota Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) menilai sebenarnya pelanggaran Iran tidak terlalu signifikan, sehingga&nbsp;tak perlu diberlakukan sanksi sesuai kesepakatan bersama JCPOA.
"Tidak ada satu pihak pun yang menginginkan untuk diberlakukannya mekanisme hukuman atas pelanggaran kesepakatan dalam masalah ini," ujar Mogherini dalam konferensi pers di Brussels, Selasa 16 Juli 2019.
Sebelumnya, Iran berencana akan meningkatkan uranium yang diperkaya jika Uni Eropa tidak berbuat lebih banyak untuk tujuan kesepakatan tersebut.&nbsp;&nbsp;
Awal mula masalah ini adalah keyika ketika Presiden AS Donald Trump memutuskan menarik AS dari JCPOA. Iran setuju tidak melanjutkan lebih jauh program nuklir mereka jika AS mau mencabut sanksi ekonomi.
Menteri-menteri Uni Eropa tidak menarik kesimpulan tentang tindakan apa yang akan diambil selanjutnya dalam konflik AS-Iran ini. Tapi menyatakan ketidakpatuhan Iran pada JCPOA tidak signifikan.&nbsp;
"Artinya sampai saat ini tidak ada satu pun dari pihak yang berada dalam kesepakatan, yang menyatakan ketidakpatuhan Iran itu signifikan," kata Mogherini.&nbsp;&nbsp;
Pada pekan lalu, inspektur IAEA mengkonfirmasi Iran telah mengkayakan uranium mereka sampai tingkat kemurnian 4,5 persen. Di atas 3,67 persen yang ditetapkan dalam JCPOA. Pelanggaran kedua setelah Teheran meningkatkan stok uranium yang diperkaya mereka.&nbsp;
Iran mengatakan tingkat kemurniaan tersebut masih jauh di bawah 20 persen yang pernah mereka miliki sebelum JCPOA serta jauh dari 90 persen di mana uranium dapat menjadi senjata pemusnah massal. Uranium diperkaya tersebut untuk pembangkit tenaga listrik.&nbsp;

Beda Cara Uni Eropa Hadapi Krisis Nuklir Iran, Jauh Lebih Santai

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi