JAKARTA, REQnews -&nbsp;Dekrit Taliban yang mengatur kewajiban mengenakan burqa atau chadori, yang dikeluarkan pada akhir pekan lalu benar-benar memukul keras hak-hak hidup perempuan Afghanistan.
Apalagi, ancaman jika ada wanita yang tak mengikuti aturan tersebut, maka dipidana, telah menambah daftar dugaan diskriminasi Taliban terhadap kaum hawa.
Mengutip Aljazeera, baru-baru ini, seorang profesor universitas bernama samaran Marzia (50) mempertanyakan cara berpikir Taliban yang kerap mereduksi perempuan menjadi objek seksualisasi.
&ldquo;Saya seorang Muslim yang taat dan menghargai apa yang telah diajarkan Islam kepada saya. Jika, sebagai pria Muslim, mereka memiliki masalah dengan jilbab saya, maka mereka harus menjaga jilbab mereka sendiri dan menundukkan pandangan mereka,&rdquo; kata Marzia.
Selama ini, Marzia kerap dihentikan saat berjalan ke kampus. Alasannya, karena Taliban sudah mengeluarkan aturan bahwa wanita tanpa mahram, dilarang berpergian sendirian.
Cerita Marzia ini kemudian menginspirasi gerakan protes keras para wanita baik di Afghanistan maupun di luar negeri.
Seperti diketahui, Taliban mengatur bahwa burqa yang harus dikenakan adalah jilbab hitam panjang yang menutup kepala hingga ujung kaki, dan hanya memperlihatkan bagian mata saja.
Para pegawai pemerintah yang melanggar aturan hijab akan dipecat. Dekrit baru ini merupakan serangkaian dekrit yang membatasi kebebasan perempuan yang diberlakukan sejak&nbsp;Taliban&nbsp;merebut kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021 lalu.
&nbsp;

Wanita Afghanistan Mengeluh, Taliban Tak Peduli

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi