JAKARTA, REQnews – Hari Sabtu (23/2/2019) ada diskusi publik di Café D’Consulate, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. “Teror dan Kriminalisasi terhadap Penegak Hukum” demikian tema diskusi. Selain diskusi, kegiatan yang diselenggarakan oleh REQnews dan Yayasan Lokataru ini memperkenalkan www.reqnews.com, portal berita hukum, HAM dan pariwisata kepada para peserta sekaligus ke hadapan publik. REQnews sendiri sebenarnya telah di-launch pada 19 Januari 2019 lalu dan telah mulai dikerjakan sejak tahun 2018. Selain penyidik KPK Novel Baswedan yang pernah mengalami teror dan kriminalisasi, pembicara diskusi lainnya adalah Direktur Eksekutif Lokataru (kantor hukum &amp; HAM) Haris Azhar, Dosen Hukum Pidana Universitas Al Alzhar Indonesia, Achmad Suparji dan penulis buku “Teror Mata Abdi Astina” Agus Dwi Prasetyo. Balques Manisang dari TV One menjadi moderator diskusi. Sekira pukul 13.30 Novel Baswedan, tiba di Café D’Consulate. Ia ditemani sang istri&nbsp; Rina Emilda dan Rina jualah yang menjadi asisten sekaligus supir pribadi untuk penyidik KPK yang juga seorang polisi itu. Mengenakan topi dan jaket hitam, Novel tampak santai. Begitu tiba di halaman parkiran café dan dalam ruangan, ia merespon semua tamu yang menyapa dengan senyum nan ramah. Seterusnya, demi keamanan dan kenyamanan, panitia langsung menggiring Novel dan Rina ke ruangan khusus, VIP. Di situ telah menunggu Balques Manisang, Achmad Suparji dan Agus Dwi Prasetyo. Sejumlah panitia dan pemilik restoran, Abubakar termasuk&nbsp; Manajer D’Consulate, Kartika Dewi, mempersilakan Novel dan Rina untuk makan siang terlebih dahulu di dalam ruangan tersebut, namun keduanya menolak. Mereka beralasan sudah makan siang. Buah-buahan dan air putih pun tidak disentuh. Tak lama berselang, datanglah Haris Azhar. Suasana ruangan menjadi lebih ramai. Ketika diskusi hendak dimulai pukul 14.00 Balques meninggalkan ruangan VIP lalu menyapa tamu undangan yang terdiri wartawan, mahasiswa/i, aktivis dan lainnya yang telah memenuhi ruangan. “Silakan terus makan siang. Sambil makan siang kita bisa mulai ya. Silakan juga kalau yang sudah makan dan ingin ngopi, monggo,” demikian Balques memberikan info. “Kita mulai ya diskusinya!” pinta Balques. Satu per satu Balques memanggil para pembicara untuk naik ke atas panggung, dimulai dari Novel Baswedan dan berturut-turut kemudian Achmad Suparji, Haris Azhar dan Agus Dwi Prasetyo. Diskusi berjalan lancar hingga hampir dua jam. Para peserta tampak bersemangat mengikuti diskusi. Balques juga mampu mengarahkan diskusi dengan baik. <img style="width: 800px;" src="https://photo.reqnews.com/images/48b4d900d17b5a136bc507ff4912946d.jpg"> Setelah diskusi selesai, para pembicara kembali ke ruangan VIP dan langsung ngopi, kecuali Novel dan Rina yang pamit untuk shalat di sebuah musholla yang terletak di lantai dua. Didampingi pemilik restoran,&nbsp; Abubakar dan petugas restoran, Novel dan Rina khusyuk menunaikan ibadah. Setelah selesai shalat, di ujung tangga lantai satu, telah menunggu seorang panitia yang hendak menyerahkan amplop honor pembicara untuk Novel. Sembari menyerahkan amplop putih, panitia mengatakan pada Novel dengan suara kecil, “Pak, ini honorarium Bapak sebagai pembicara, terima kasih telah menjadi pembicara diskusi...!” Novel langsung menolak. “Tidak Mas, maaf ya. Saya tidak bisa menerimanya karena kami tidak diperbolehkan menerima yang semacam ini.Maaf ya! Saya datang ke sini hanya mau berbagi dan saya sudah senang diundang dan bisa bicara,” jelas Novel. “Atau boleh saya berikan kepada ibu saja…?” tanya panitia kepada Novel dan Rina. “Oh tetap tidak boleh Mas hehehe…. Sama saja!” respon Novel. “Maaf ya Mas, memang tidak boleh!” sambung sang Rina dengan senyum ramah. Di ruangan VIP,&nbsp; Novel ditunggu wartawan Rakyat Merdeka Asep Gampang Hilmi sendirian sebab Balques, Achmad Suparji, Haris dan Agus telah menuju ke ruangan utama. Di sana, Haris tampak sibuk meladeni wartawan dan para peserta diskusi yang minta foto. Peserta rela antri menunggu giliran demi bisa foto bareng Haris. Sejumlah peserta perempuan mengaku datang diskusi hanya&nbsp; ingin foto bersama dengan mantan Koordinator KontraS itu.Lalu, datang seorang petugas restoran ke ruangan VIP yang langsung menyodorkan kartu diskon. “Kartu ini untuk Bapak dan Ibu sebagai ucapan terima kasih kami untuk Bapak dan Ibu yang telah mengunjungi restoran kami. Gunanya kalau Bapak dan Ibu datang lagi ke café &amp; restoran ini, Bapak dan Ibu tinggal menyerahkan kartu ini dan dipastikan mendapatkan diskon,” ungkap petugas resto &amp; café dengan ramah. Dengan ramah pula Novel menolaknya. “Maaf Mas, terima kasih telah memberikan ini. Tetapi maaf, saya tidak dapat menerimanya karena kami dari KPK memang tidak boleh menerima yang semacam ini. Maaf ya. Nanti kami kalau mau datang lagi ke sini dan mau makan di sini yah, kami sama dengan tamu lainnya saja!” Setelah Novel dan Rina berlalu, petugas café itu tersenyum kepada seorang panitia lalu berkata, “Wah, luar biasa ya Pak Novel ini. Ini tidak seperti biasanya. Hampir semua tamu kami yang kami berikan kartu, mereka pasti menerimanya, tetapi Pak Novel tidak. Saya juga perhatikan Pak Novel dan Ibu sama sekali gak mau makan dan minum di sini. Apa mungkin takut kali ya? Soalnya kasusnya Pak Novel kan sensitif. Saya doakan deh semoga saja mata Pak Novel cepat pulih dan semoga ia tetap dapat menjalankan tugasnya!” Novel dan Rina pun meninggalkan ruangan VIP. Di luar ruangan, telah menunggu sejumlah wartawan yang hendak wawancara dan di belakangnya ada puluhan peserta diskusi yang ingin foto bersama. Dengan ramah Novel melayani para penggemarnya untuk foto bersama, sementara sang istri sabar menunggu.(*/Bos)

Secuil Kisah Novel Baswedan di 'Consulate'

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi