JAKARTA, REQNews - Thurgood Marshall menjadi salah satu tokoh yang terkenal di dunia pengadilan di Amerika Serikat. Sejarawan menganggapnya sebagai tokoh berpengaruh dalam membentuk kebijakan sosial dan menegakkan hukum untuk melindungi minoritas.
Selama masa 24 tahun sebagai hakim Mahkamah Agung, dia mendapatkan dukungan penuh atas semangat dirinya pada hak-hak individu dan sipil. Marshall memainkan peran penting dalam mempromosikan kesetaraan rasial selama gerakan hak-hak sipil.
Sebelum menjadi hakim di Mahkamah Agung dia adalah seorang pengacara yang berpraktik, Marshall memecahkan rekor di Mahkamah Agung, karena dia dalam 32 kali sidang memenangkan 29 di antaranya. Faktanya, Marshall mewakili dan memenangkan lebih banyak kasus di pengadilan tinggi daripada orang lain.
Thurgood Marshall lahir pada 2 Juli 1908, di Baltimore, Maryland. Ayahnya, William Marshall, adalah porter kereta api, dan ibunya, Norma, adalah seorang guru.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah pada tahun 1925, Marshall masuk Lincoln University di Chester County, Pennsylvania. Tepat sebelum dia lulus, dia menikahi istri pertamanya, Vivian Burey.
Pada 1930, Marshall melamar ke Fakultas Hukum Universitas Maryland tetapi ditolak karena ia berkulit hitam. Dia kemudian memutuskan untuk menghadiri Sekolah Hukum Universitas Howard, di mana ia menjadi anak didik dekan terkenal, Charles Hamilton Houston, yang mendorong siswa untuk menggunakan hukum sebagai sarana untuk transformasi sosial.
Pada tahun 1933, Marshall menerima gelar sarjana hukumnya dan menduduki peringkat pertama di kelasnya. Setelah lulus dari Howard, Marshall membuka firma hukum praktik swasta di Baltimore.
Thurgood Marshall memperdebatkan tiga puluh dua kasus di hadapan Mahkamah Agung A.S., lebih dari siapa pun dalam sejarah.
Pada tahun 1935, kemenangan pengadilan besar pertama Marshall adalah di Murray v. Pearson, ketika ia, bersama mentornya Houston, berhasil menggugat Universitas Maryland karena menolak seorang pendaftar kulit hitam masuk ke sekolah hukumnya karena rasnya.
Tak lama setelah keberhasilan hukum ini, Marshall menjadi staf pengacara untuk Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) dan akhirnya ditunjuk sebagai kepala Dana Pertahanan Hukum dan Pendidikan NAACP.
Sepanjang tahun 1940-an dan 1950-an, Marshall diakui sebagai salah satu pengacara top di Amerika Serikat, memenangkan 29 dari 32 kasus yang ia perdebatkan di hadapan Mahkamah Agung.
Beberapa kasus terkenal Marshall termasuk:
Chambers v. Florida (1940): Marshall berhasil membela empat pria kulit hitam terpidana yang dipaksa oleh polisi untuk mengaku melakukan pembunuhan.
Smith v. Allwright (1944): Dalam keputusan ini, Mahkamah Agung membatalkan undang-undang negara bagian Texas yang mengesahkan penggunaan pemilihan primer hanya kulit putih di negara bagian selatan tertentu.
Shelley v. Kraemer (1948): Mahkamah Agung menjatuhkan legalitas perjanjian perumahan yang sangat rasial.
Sweatt v. Painter (1950): Kasus ini menantang doktrin pemisahan ras yang "terpisah tapi setara" yang diberlakukan dalam kasus Plessy v. Ferguson (1896) dan mengatur untuk legislasi di masa depan. Pengadilan berpihak pada Heman Marion Sweatt, seorang pria kulit hitam yang ditolak masuk ke Fakultas Hukum Universitas Texas karena rasnya.
Brown v. Dewan Pendidikan Topeka (1954): Kasus ini dianggap sebagai kemenangan terbesar Marshall sebagai pengacara hak-hak sipil. Sekelompok orang tua berkulit hitam yang anaknya diharuskan menghadiri sekolah terpisah mengajukan gugatan class action. Mahkamah Agung dengan suara bulat memutuskan bahwa "fasilitas pendidikan terpisah secara inheren tidak setara."
Marshall sangat berduka ketika Vivian, istrinya yang berusia 25 tahun, meninggal karena kanker pada tahun 1955. Tak lama setelah kematiannya, Marshall menikahi Cecilia Suyat, dan pasangan itu kemudian memiliki dua putra bersama.
Pada tahun 1961, Presiden John F. Kennedy menunjuk Marshall ke Pengadilan Banding AS, dan pada tahun 1965, Presiden Lyndon B. Johnson menjadikannya Pengacara Umum kulit hitam pertama. Sudah jelas bahwa pengacara yang sukses sedang dalam perjalanan untuk mengajukan kasus pencalonan Mahkamah Agung.
Pada tahun 1967, setelah pensiunnya Hakim Tom C. Clark, Presiden Johnson menunjuk Marshall, hakim kulit hitam pertama, ke Mahkamah Agung AS.
Pada saat ini, pengadilan terdiri dari mayoritas liberal, dan pandangan Marshall secara umum disambut dan diterima. Ideologinya selaras dengan Hakim William J. Brennan, dan keduanya sering memberikan suara yang sama.
Sepanjang masa jabatannya yang bersejarah sebagai keadilan, Marshall mengembangkan reputasi sebagai anggota pengadilan yang bersemangat yang mendukung perluasan hak-hak sipil, memberlakukan undang-undang tindakan afirmatif, dan membatasi hukuman pidana.
&nbsp;

Thurgood Marshall Tokoh Berpengaruh dalam Penegakan Hukum Pelindung Minoritas

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi