JAKARTA, REQnews &ndash;&nbsp;Ternyata selain Douwes Dekker, ada juga sosok Belanda lainnya yang ikut andil dalam memperjuangkan nasib masyarakat Indonesia di masa penjajahan. Namanya Haji Johannes Cornelis (H.J.C) Princen atau dikenal dengan nama Poncke Princen.
Princen diketahui sebagai salah satu prajurit Belanda yang dianggap sebagai desertir atau pembelot karena membantu perjuangan pribumi Indonesia.&nbsp;Ia ditahan di Cisarua, Jawa Barat akibat tidak mau melanjuti wajib militer tentara Belanda. Di dalam penjara ia melihat perlakuan keji tentara Belanda terhadap para pribumi, baginya itu suatu perbuatan yang tidak manusiawi. Dari situ hatinya merasa iba dan tergerak untuk melakukan sesuatu.
&nbsp;
Gabung TNI&nbsp;
Setelah bebas dari penjara, pada tahun 1948 ia pergi ke Sukabumi bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang setahun kemudian menjadi komandan pasukan istimewah divisi Siliwangi dengan nomor pokok prajurit 251121085, kompi staf brigade infanteri, Grup Purwakarta.
Menghadapi tanah kelahiran sendiri di medan perang memang bukan suatu hal yang mudah dialami Poncke. Ia harus siap menerima segala risikonya termasuk tabah saat mengetahui istrinya yang sedang mengandung dan dua belas pejuang pribumi dibunuh tentara Belanda. Atas pengabdiannya dan keberaniannya menjadi militer Indonesia ia mendapat penghargaan Bintang Gerilya dari Soekarno.
&nbsp;
Pejuang HAM nan Berani
Poncke mendapat kesempatan duduk sebagai anggota parlemen pada tahun 1956, tapi masa jabatannya tidak berlangsung lama. Karena sering mengkritik pemerintahan, ia harus pasrah berdiam di dalam penjara.
Masa tahanan di penjara mengajarkan banyak hal baginya. Salah satunya soal&nbsp;keadilan. Ia merasa selama ini orang yang mengkritik dan menuntut keadilan justru dipandang sebagai pemberontak serta diasingkan agar tidak dapat mengganggu mereka yang sedang asyik berkuasa.
Meski berkali-kali ditahan, vokal Poncke tidak pernah gentar walaupun mendapat ancaman dari berbagai arah.
Tercatat banyak kasus HAM yang telah ditangani, diantaranya menjadi pengacara para korban pada peristiwa pembantaian Tanjung Priok (1984), membela puluhan mahasiswa ITB yang ditahan karena mendemo Mendagri Rudini (1989).
Ia meninggal pada 22 Februari 2002 hingga masa akhir hayatnya ia tetap dikenal sebagai aktivis HAM di Indonesia. (Anita Rahim)

Poncke Princen, Desertir Belanda yang Jadi Pejuang HAM di Indonesia

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi