JAKARTA, REQnews &ndash; Yap Thiam Hien adalah pengacara kondang yang tidak pernah pilih-pilih dalam membela hak asasi manusia (HAM). Ia selalu menjadi garda terdepan saat ketidakadilan ada di depan mata. &nbsp;&nbsp;
Thiam Hien berasal dari Keluarga Cina, buah hati pasangan Yap Sin Eng dan Hwang Tjing Nio. Saat usianya masih 9 tahun, sudah kehilangan ibunya sehingga dia diasuh&nbsp;seorang gundik asal Jepang bernama Sato Nakashima.
Sato adalah gundik kakek Thiam Hien, Yap A Sin.&nbsp;Walau hanya seorang gundik, Yap dan kedua adiknya mendapat perhatian serta kasih sayang yang jarang didapat dari kedua orang tuanya.
Thiam Hien kecil sangat menyukai bahasa, tak heran hampir enam bahasa ia kuasai. Keenamnya adalah&nbsp;bahasa Belanda, Jerman, Inggris, Prancis, Latin, dan Indonesia. Selain fasih berbahasa, ia juga menyukai sejarah.
Pendidikan dasarnya dia habiskan di&nbsp;Aceh tanah kelahirannya. Dia lahir 23 Mei 1913 di Koeta Radja. Baru, pada tahun 1920-an ia pindah ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Itu adalah sekolah menengah pertama pada masa Kolonial Belanda.&nbsp;
Lulus MULO, Thiam Hien&nbsp;melanjutkan pendidikan ke AMS A-II (Algemene Middelbare School) di Bandung dan Yogyakarta dan lulus pada tahun 1933. Karena tidak kunjung memperoleh pekerjaan usai lulus AMS, dia&nbsp;memutuskan melanjutkan sekolah di sekolah tinggi Hollands Chineesche Kweekschool (HCK).
HCK yang khusus untuk warga Cina, menjadi harapan baru baginya. Selesai di HCK, Thiam Hien belajar ilmu hukum di Universitas Leiden Belanda.&nbsp;Sepulang dari Belanda, ia&nbsp;menjadi&nbsp;pengacara.
Pekerjaan itu ia ambil bukan semata-mata untuk memperoleh uang, tetapi agar bisa membantu warga Cina yang mengalami masalah di pengadilan. Thiam Hien pun semakin menyintai dunia hukum dengan&nbsp;mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) bersama dengan rekan-rekannya.
Sosok pembela keadilan sejati ia tunjukan saat membela para tahanan yang menjadi tersangka G30S. Ia seorang yang antikomunis, meski begitu tetap membela para tahanan itu. Namun, banyak rekannya mengingatkan agar Yap Thiam Hien berhati-hati, karena penguasa saat itu dengan mudahnya memberi cap PKI.
&nbsp;
Ia selalu berani mengambil keputusan besar atas nama keadilan. Itulah Yap Thiem Hie, yang juga pendiri Lembaga Pembela Hak-Hak Asasi Manusia pada 29 April 1966. Kini namanya menjadi simbol penghargaan bagi mereka yang memperjuangan HAM.
Yap meninggal di Brussel, Belgia, saat akan menghadiri sebuah konferensi internasional. Ia dinyatakan menderita pendarahan usus, kemudian dinyatakan meninggal pada 25 April 1989. Jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. (Anita)
&nbsp;
&nbsp;
&nbsp;

Yap Thiam Hien Pengacara Antikomunis yang Membela Tahanan Komunis

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi