JAKARTA, REQnews - Kasus penyerangan Polsek Ciracas, Jakarta Timur yang terjadi pada Sabtu 29 Agustus 2020 dini hari lalu menjadi mimpi buruk bagi semua orang. Tak terkecuali Pangdam Jaya, Mayjen Dudung Abdurachman.
Bahkan Dudung harus turun langsung menyelidiki penyebab terjadinya aksi perusakan itu. Dari hasil rekapitulasi timnya, ada 23 korban penganiayaan fisik terkait kasus penyerangan Polsek Ciracas, Jakarta Timur.
Para korban, kata dia, mengalami penganiayaan, pembacokan, kemudian pemukulan. Kemudian ada penusukan, dan ada juga masyarakat yang sudah dipukul, kemudian sudah terkapar masih dilindas juga pakai motor.&nbsp;
Dudung juga mengatakan 109 orang mengalami kerugian materil. Mereka yang mengalami kerugian itu ada dari pihak kepolisian karena beberapa pos polisi diserang dan ada juga dari kalangan masyarakat.
Ada materil kaca pedagang dipecahkan, kemudian ada juga makanan-makanan yang diambil, bahkan ada gerobak bakso yang digulingkan.
Bisa jadi, kasus penyerangan Polsek Ciracas ini adalah cobaan berat bagi Dudung yang ternyata baru 1 bulan menjabat Pangdam Jaya. Cobaan itu lantaran lulusan&nbsp;Akmil&nbsp;1988 itu harus tetap menjaga sinergitas antara TNI-Polri dan keamanan yang kondusif.&nbsp;
Seperti apa perjalanan karir Mayjen TNI Dudung? Berikut ulasannya yang dirangkum dari pelbagai sumber:
Mayor Jenderal&nbsp;TNI&nbsp;Dudung Abdurachman merupakan perwira kelahira di&nbsp;Bandung,&nbsp;Jawa Barat,&nbsp;16 November&nbsp;1965. Dia adalah seorang perwira tinggi&nbsp;TNI-AD&nbsp;yang sejak 27 Juli 2020 mengemban amanat sebagai Panglima&nbsp;Kodam Jaya.
Jabatan terakhir bintang dua lulusan Akmil kecabangan&nbsp;Infanteri ini adalah Gubernur Akmil.
Dudung merupakan putra pasangan Bapak Nasuha dan Ibu Nasyati PNS di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi. Mengawali dengan menceritakan pengalamannya dari SMP sampai dengan saat ini.&nbsp;
Ia menyelesaikan sekolah dari SD sampai SMA di Kota Bandung (1972-1985). Lulus SMA tahun 1985 kemudian mendaftar Akabri Darat. Dia melaksanakan pendidikan Akmil sampai 1988 dengan menyandang pangkat&nbsp;Letnan Dua.
Dikisahkan, tahun 1981 ketika dia kelas 2 SMP, ayahnya. yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi meninggal dunia. Untuk membantu perekonomian keluarga, akhirnya dia mencari nafkah sebagai loper koran. Pekerjaan itu dilakukan sebelum berangkat sekolah.
Sejak kecil dia sudah membulatkan tekad ingin menjadi tentara. Profesi itu selalu memanggil karena dia hidup dan tinggal di barak. Profesi itu didambakan sebagai upaya meringankan beban ibunya untuk membiayai pendidikan delapan saudara kandungnya.&nbsp;
Berbagai pekerjaan pernah dilakukannya untuk membantu ibundanya. Menjual kue tampah di perempatan Jalan Belitung di sekitar Kodam III/Siliwangi juga pernah dilakukan. Menjadi loper koran dia lakukan ketika duduk di bangku SMA Negeri 9 Bandung.
Dalam usia belia, dia sadar hidup itu juga berisi kerja keras, tekad dan upaya yang tanggap untuk mengejar mimpi. Apa yang tampak sebagai keberhasilan saat ini, sebetulnya hasil jatuh-bangun yang lama dan dalam, yang orang lain tak pernah melihatnya.
Kepedihan hidupnya di masa kecil dan kepatuhan serta cintanya kepada kedua orang tua, justru menjadi pendorong semangatnya sampai ke titik tertinggi.
&nbsp;
Riwayat Pendidikan
Akmil (1988)
Sesarcabif (1988)
Diklapa-I
Diklapa-II
Seskoad
Lemhannas
&nbsp;
Riwayat Jabatan
Dandim 0406/Musi Rawas
Dandim 0418/Palembang
Aspers Kasdam VII/Wirabuana (2010&mdash;2011)
Danrindam II/Sriwijaya (2011)
Dandenma Mabes TNI
Wagub Akmil (2015&mdash;2016)
Staf Khusus Kasad (2016&mdash;2017)
Waaster Kasad&nbsp;(2017&mdash;2018)
Gubernur Akmil (2018&mdash;2020)
Pangdam Jaya (2020&mdash;)
&nbsp;

Profil Mayjen Dudung Abdurachman, Penjaga Sinergitas TNI-Polri di Kasus Ciracas

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi