JAKARTA, REQnews - Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) merupakan bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat. Memiliki jumlah pasukan sekitar 35.000-40.000 tentara yang siap beroperasi menjalankan perintah Panglima TNI.
Dikutip dari berbagai sumber, berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor: Kep/09/III/1985 tanggal 6 Maret 1985 tentang Pokok-Pokok Organisasi dan tugas Komando Cadangan Strategis TNI-AD (Kostrad)
Pasukan Kostrad sebagai Komando Utama Pembinaan berkedudukan langsung di bawah Kasad. Sedangkan sebagai Komando Utama Operasional Kostrad berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI.
Tugas pokok mereka adalah membina kesiapan operasional atas segenap jajaran Komandonya dan menyelenggarakan Operasi Pertahanan Keamanan tingkat strategis sesuai dengan kebijaksanaan Panglima TNI.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Kostrad menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi utama dalam pengembangan kekuatan, pertempuran dan administrasi, fungsi organik militer baik intelijen, operasi dan latihan, pembinaan personel, logistik, dan teritorial serta fungsi organik pembinaan dalam perencanaan, pengendalian dan pengawasan.
Pasukan tersebut terdiri dari tiga divisi yaitu Divisi Infanteri 1/Kostrad berada di Cilodong, Depok. Ada Divisi Infanteri 2/Kostrad berada di Singosari, Malang, serta Divisi Infanteri 3/Kostrad berada di Bontomarannu, Gowa.
Salah satu nama terkenal yang pernah menjabat di Kostrad adalah Mayjen TNI Soeharto yang kemudian menjadi Presiden RI. Lalu ada Letjen TNI Prabowo Subianto yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI dan saat ini jabatan Pangkostrad diemban oleh Mayjen TNI Eko Margiyono.
Sebelumnya, gagasan dibentuknya Kostrad tercetus dari Kasad Jenderal TNI A.H. Nasution pada tahun 1960, dengan keluarnya Skep Kasad No. KPTS.1067/12/1960 tgl. 27 Desember 1960. Itu dilakukan karena adanya masalah di Irian Barat yang pada waktu itu masih menjadi sengketa dengan Belanda.
Akhirnya pada 6 Maret 1961 ditetapkan sebagai hari lahirnya Cadangan Umum Angkatan Darat (Caduad) yang berada dibawah komando Mayjen TNI Soeharto sebagai Panglima Korra I Caduad.
Caduad selanjutnya berubah nama menjadi Komando Strategis Angkatan Darat atau Kostrad pada 15 Agustus 1963. Soeharto pun tetap menjadi panglimanya yang disebut Pangkostrad.
Namun, sekitar tahun 1965, Kostrad tidak punya pasukan tetap. Prajurit-prajurit cadangan Kostrad selalu dipinjam dari komando-komando daerah (kodam).
Sejarah mencatat, setelah menerima Surat Perintah 11 Maret yang dikenal dengan nama Supersemar, Soeharto melakukan konsolidasi kekuatan dengan menumpas pemberontakan dan membubarkan PKI yang dianggap jadi dalang peristiwa G30S PKI.
Kemudian Jenderal Soeharto berhasil mengendalikan situasi keamanan dan ketertiban. Sejak saat itu, pamor Soeharto mencorong, bahkan perlahan menggerogoti pamor Bung Karno yang mulai meredup pasca peristiwa G30S PKI hingga akhirnya menggantikan Soekarno sebagai presiden.&nbsp;
Selain itu, ada satu prestasi yang ditorehkan pasukan Kostrad di Poso. Mereka yang tergabung dalam Satgas Tinombala sukses menewaskan Santoso, gembong teroris yang kerap menebar teror di Poso, Sulawesi Tenggara. Pasukan Kostrad yang sukses tembak mati Santoso ini berasal dari Batalyon Raider 515 Kostrad.

Profil Kostrad, Pasukan Pemukul Terbesar TNI yang Pernah Tembak Mati Gembong Teroris Santoso

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi