JAKARTA, REQnews -&nbsp;Pernahkah kalian melihat patung Dewi Themis? Sang dewi yang dijadikan simbol keadilan di dunia hukum.&nbsp;
Bukan tanpa alasan, ternyata ada lho sejarah mengenai Dewi Themis. Seringkali, patung yang disebut-sebut sebagai dewi keadilan ini dipajang di berbagai kampus hukum, institusi pengadilan ataupun kantor para advokat.&nbsp;&nbsp;
Dewi Themis merupakan Putri dari Uranus dan Gaia, dan istri kedua dari Dewa Zeus. Dari hasil pernikahannya dengan Zeus, mereka memiliki tiga anak, yakni Eunomia (ketertiban), Dike (keadilan) dan Eirene (kedamaian).
Themis adalah simbol keadilan merupakan perwujudan mitologi Yunani.
Mereka percaya bahwa Themis adalah satu dewi Yunani yang mewakili keadilan, hukum, dan aturan.
Digambarkan sebagai sosok perempuan yang cantik, Themis membawa timbangan di tangan sebelah kanan, dan sebuah pedang di tangan kiri serta memakai penutup mata.
Mengapa Harus Dewi Themis?
Dewi kerap diidentikan dengan nurani yang luhur, penuh ketulusan, kelemahlembutan dan mempunyai perasaan yang halus.
Begitulah sekiranya hukum digambarkan. Hukum bukanlah alat untuk menakuti atau melukai orang lain. Melainkan secara das sollen, hukum itu bertujuan menciptakan keteraturan dan kedamaian.
Makna Mata Tertutup Kain
Sesuai dengan cita hukum yaitu meciptakan keadilan, mata Dewi Themis dibuat tertutup dengan harapan hukum tidak melihat siapapun subjek yang ada di depannya melainkan hukum itu bersifat objektif.
Tidak melihat apa kedudukannya, strata sosialnya, pendidikan, penguasa atau rakyat biasa, kaya atau miskin, karena semua sama di mata hukum. Seperti asas hukum : "Equality Before The Law yang memiliki arti setiap warga negara harus diperlakukan adil oleh aparat penegak hukum dan pemerintah.
Makna Timbangan
Meskipun dalam keadaan tertutup kain, Themis membawa timbangan sejajar dan tidak berat sebelah. Maknanya adalah, timbangan yang seimbang menandakan hukum itu adil dan tidak memihak. Tidak lebih berat atau lebih ringan hukuman kepada seseorang apapun kedudukannya.
Ketika ada yang melanggar hukum, semua akan ditimbang, mulai dari penyelidikan, pembuktian, hal yang memberatkan maupun yang meringkan si pelanggar juga kebaikan dan keburukannya. Semuanya akan mendapatkan keadilan sesuai dengan timbangan perbuatan yang dilakukan.
Makna Pedang
Themis membawa sebuah pedang namun pedang tersebut tidak diangkat ke atas melainkan diturunkan kebawah. Artinya, hukum itu bukan untuk membunuh atau melukai seseorang.
Hukum bukanlah alat untuk berbuat secara semena-mena (sembarangan). Hukum bersifat sebagai ultimum remidium (obat terakhir) dan saat itu pula pedang akan diangkat ke atas.
Namun, hukum di Indonesia seringkali disalahgunakan dan timpang sebelah. Bahkan disebut-sebut hukum itu tumpul ke atas tapi runcing ke bawah. Das seinnya, hukum melukai masyarakat kelas bawah tetapi tumpul saat bersentuhan dengan para kelas atas. Hukum akan siap menghunus siapapun yang menentang para penguasa.
Mata itu kini sudah terbuka, mata Themis sudah dapat melihat apa yang ada didepannya. Beruntunglah jika kalian orang yang berkuasa dan bersedihlah bagi kaum lemah.
Timbangan yang sejajar dan seimbang itu pun kini sudah berat sebelah.
Tidak ada yang salah dengan hukum. Hukum hanya sebagai alat. Seringkali hukum disalahkan itu semata-mata karena orang yang menjalankan hukum, para oknum penegak hukum.
Andaikata hukum benar adanya seperti digambarkan Dewi Themis, mewujudkan hukum yang berkeadilan, kepastian dan kemanfaatan akan sangat dekat.
Tetapi, das sollen seringkali tidak seindah&nbsp;dengan das sein.
Penulis: Tia Heriskha

Jarang Diketahui, Mengapa Dewi Themis Simbol Hukum dan Keadilan

Berita Terkait

Berita Rekomendasi