JAKARTA, REQnews - Masyarakat mulai mengonsumsi vitamin D yang diyakini ampuh menjadi obat mengurangi dampak infeksi Covid-19.
Namun, benarkah vitamin D ampuh melawan Covid-19, apalagi saat ini varian Omicron tengah menjangkiti banyak orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia?
Merujuk pada pedoman tata laksana Covid-19 edisi empat, ada lima organisasi kesehatan telah memberi izin penggunaan vitamin D untuk pasien Covid-19, baik yang gejalanya ringan hingga berat.
Dalam studi terbaru yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE, vitamin D disebut ampuh mencegah gejala berat pasien.
Studi ini melibatkan 1.176 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit pada April 2020 sampai Februari 2021.
Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa tingkat mortalitas pasien Covid-19 dengan defisiensi vitamin D berkisar di angka 25,6 persen.
Sedangkan, tingkat mortalitas pada pasien Covid-19 dengan kadar vitamin D yang mencukupi jauh lebih rendah, yaitu 2,3 persen.
Di Indonesia, untuk&nbsp;menjamin ketersediaan vitamin D, pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kini telah memperbarui aturan.
Sebelumnya vitamin D hanya boleh diproduksi dengan dosis 400 IU, tapi untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan maka dosis di atas 1000 IU sudah bisa diproduksi.
Menurut Ketua Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia, Iris Rengganis menyampaikan bahwa vitamin D sangat dibutuhkan oleh hampir seluruh organ yang memiliki reseptor. Istimewanya, vitamin D meregulasi sistem imun serta meningkatkan aktivitas sel imun dalam melawan virus dan bakteri.
"Dalam masa pandemi Covid-19, memang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terkait vitamin D. Mengonsumsi vitamin D3 dosis 1000 IU bisa dilakukan, tapi kalau mau tepat memang harus cek darah. Kalau memang rendah kita bisa menganjurkan sampai 5.000 IU sehari-harinya, apalagi kalau ada penyakit,&rdquo; kata Iris, seperti dikutip dari&nbsp;Merdeka, Jumat 11 Februari 2022.

Benarkah Vitamin D Ampuh untuk Covid-19? Ini Faktanya

Berita Terkait

Berita Rekomendasi