JAKARTA, REQnews - Anda mungkin mengenal Thomas Alva Edison sebagai ilmuwan besar, yang menemukan lampu pijar, fonograf atau kinetoskop.Ya, Edison dapat disebut sebagai penemu terbesar di zamannya, yang membawa manfaat besar bagi umat manusia.Namun, di samping segala penemuan hebatnya, ada satu kisah menarik tentang Edison, sesaat sebelum ilmuwan kelahiran Ohio, Amerika Serikat 11 Februari 1847 ini tutup usia.Napas terakhir yang dihembuskan Edison, sebelum menjemput ajal, masih disimpan dan diabadikan di sebuah museum.&nbsp;Tanggal 18 Oktober 1931, adalah hari terakhir Edison hidup di dunia. Ia tutup usia akibat komplikasi diabetes yang telah lama dideritanya.Edison terbaring lemah di rumahnya yang bernama ‘Glenmont’, di Llewellyn Park, West Orange, New Jersey.Rumah itu adalah segalanya bagi Edison. Bangunan tersebut ia beli pada 1886 sebagai hadiah pernikahan untuk Mina Miller, istri keduanya.Setelah dipastikan meninggal dunia, upacara pemakaman dipimpin oleh Pdt. Stephen J. Herben. Jasa Edison dikebumikan di belakang rumah tersebut.Sebelum meninggal dunia, pihak museum The Henry Ford sadar bahwa mereka harus mengabadikan kenang-kenangan terakhir dari Edison.Mereka kemudian meminta izin sang ilmuwan, untuk mengambil napas terakhirnya, yang disegel dalam tabung reaksi udara.Akhirnya, napas terakhir Edison benar-benar dimasukkan ke dalam tabung, dan kini diabadikan di Museum The Henry Ford.Tak hanya napas, topeng kematian terbuat dari plester dan gips tangan Edison juga dibuat untuk mengenang jasa besar sang penemu.

Kisah Napas Terakhir Thomas Alva Edison yang Diabadikan di Museum The Henry Ford

Berita Terkait

Berita Rekomendasi