JAKARTA, REQnews - Tanggal 20 Januari 1978, Soeharto dengan segala kedigdayaannya sebagai penguasa, membungkam pers dengan begitu brutal.Tujuh surat kabar ternama dihentikan penerbitannya pada hari itu, menambah daftar panjang kekejaman Orde Baru pada pers.Pelarangan penerbitan itu disampaikan melalui Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib).Adapun tujuh surat kabar yang dilarang, yakni koran Sinar Harapan, koran Merdeka, Harian Kompas, Pelita, Sinar Pagi, Pos Sore hingga The Indonesian Times.Alasan yang tak masuk di akal, dikemukakan penguasa. Pelarangan penerbitan kepada tujuh surat kabar itu, dikarenakan isinya yang dituduh sarat provokasi, menghasut rakyat serta mengancam keamanan negara.Era Orde Baru adalah masa-masa kelam perseteruan antara pemerintah dan pers. Media melawan dengan cara menyodorkan pemberitaan yang memicu demonstrasi oleh mahasiswa serta elemen lainnya.Larangan penerbitan itu, sebenarnya hanya berlaku sementara, sekitar dua pekan saja. Namun, ancaman yang menyusul justru lebih mengerikan, yakni rezim akan mencabut Surat Izin Terbit bagi media massa yang tak mengindahkan larangan dari pemerintah.Intervensi dari Istana begitu kuat. Menteri Penerangan kala itu, Sudharmono meminta media massa menghindari pemberitaan yang dapat mengganggu stabilitas nasional, dan menyebut pelarangan izin terbit adalah cara paling ampuh untuk mengontrol media.Wajar saja kala itu Soeharto kebakaran janggut. Aksi-aksi mahasiswa merebak ke penjuru Tanah Air, mendesak sang penguasa tidak lagi maju sebagai presiden untuk melanggengkan kekuasaan.Selain itu, majalah ternama Tempo yang cukup pedas kritikan-kritikannya kepada pemerintah, berkali-kali menjadi korban pembredelan.&nbsp;Pembredelan pertama terjadi pada 1982. Selanjutnya, tanggal 21 Juni 1994, kantor Tempo dibredel lagi atas perintah Menteri Penerangan Harmoko.Majalah itu menerbitkan edisi 7 Juni 1994, yang berisi tentang pembelian 39 kapal bekas dari Jerman Timur dari harga 12,7 juta dolar AS menjadi 1,1 miliar dolar AS, atau kenaikan harganya menjadi 62 kali lipat.

20 Januari 1978, Kala Soeharto Membungkam Pers demi Kekuasaan yang Langgeng

Berita Terkait

Berita Rekomendasi