JAKARTA, REQnews - Buya Hamka menjadi imam salat jenazah kala Sukarno meninggal dunia. Ia menunjukkan kebesaran jiwa dan bersihnya hati dari dendam kepada sang Presiden RI pertama.Padahal, Buya Hamka pernah dijebloskan ke penjara atas perintah Sukarno. Ia menjadi korban dari UU Antisubversif kala itu, dengan tuduhan bersekongkol untuk membunuh presiden.Lahir dengan nama lengkap Abdul Malik Karim Amrullah di Kabupaten Agam, Sumatra Barat pada 17 Februari 1908, Buya Hamka mulai terjun ke dunia politik dengan bergabung bersama Partai Masyumi yang begitu besar di era Sukarno.Pada Pemilu 1955, Hamka menjadi anggota Konstituante, yang menolak gagasan Bung Karno untuk menerapkan Demokrasi Terpimpin.Hamka kala itu harus berhadapan dengan ketidaksukaan Bung Karno, ditambah PKI yang ikut membencinya sebagai petinggi Masyumi.Tahun 1964, sebelum lengsernya Sukarno, Masyumi dibubarkan dengan tuduhan keterlibatan pemberontakan PRRI.Kala itu, Hamka dijebloskan ke penjara karena tuduhan bersekongkol dengan Malaysia untuk membunuh Bung Karno dan menggulingkan pemerintahan.Sang ulama diciduk paksa di rumahnya, dan dibawa ke penjara di Sukabumi pada 27 Januari 1964, saat bulan Ramadan.Dua tahun empat bulan mendekam di penjara, Hamka dibebaskan pada 1966, setelah diketahui bahwa ia difitnah oleh sesama anggota Masyumi.Tak lagi berpolitik dengan partai lainnya, Hamka kembali menjalani aktivitasnya seperti biasa, yakni berdakwah sebagai ulama besar.Dikisahkan oleh anaknya, Irfan Hamka dalam buku berjudul ‘Ayah… Kisah Buya Hamka’, pada anggal 16 Juni 1970, Mayjen Soeryo datang secara tiba-tiba ke rumah sang ulama.Soeryo kala itu membawa pesan duka dari keluarga Sukarno. Buya Hamka terkejut, karena ia tak mengetahui bahwa Bung Besar telah meninggal dunia.Dalam pesan yang dibawa Soeryo, berisi permintaan agar Hamka menjadi imam salat jenazah Sukarno.“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam salat jenazahku. Demikian kurang lebih pesan Soekarno kepada keluarganya,”.Kemudian, Hamka bergegas menuju Wisma Yaso, tempat disemayamkannya jenazah Sukarno.Dengan penuh keyakinan, Hamka mengimami salat jenazah Sukarno, orang yang memenjarakannya.Rupanya, Buya tak menyimpan dendam secuilpun di hatinya kepada Sukarno, karena baginya dendam adalah dosa.

Tak Ada Dendam di Hati Buya Hamka kepada Sukarno

Berita Terkait

Berita Rekomendasi