JAKARTA, REQnews - Serangan Umum 1 Maret pada 1949 silam di Yogyakarta benar membuat Belanda ketar-ketir, di sisi lain kedaulatan Indonesia semakin kokoh di mata dunia.Apalagi, serangan yang disusun para tokoh-tokoh militer besar itu berlangsung di tengah perundingan sengit untuk memperkuat posisi Indonesia di Dewan Keamanan PBB.Serangan ini melibatkan nama-nama besar, seperti Jenderal Sudirman, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Kolonel Bambang Sugeng hingga Letkol Suharto sebagai pelaksana lapangan.Para pejuang benar-benar heroik, sampai serangan ini dikenal dengan nama lain, yakni Peristiwa 6 Jam Jogja.Sejak tahun 2022, peristiwa Serangan Umum 1 Maret ini diresmikan sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara.Presiden Joko Widodo menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 tertanggal 24 Februari 2022. untuk memperingati Serangan Umum 1 Maret.Balik lagi pada sejarahnya, sebenarnya serangan ini, meskipun heroik dan membuat Belanda semakin tidak berani berbuat ulah, namun dapat dikatakan merugikan Indonesia.Sebagai informasi, di pihak Belanda, berdasarkan data yang tercatat, korban tewasnya hanya 6 orang, di antaranya 3 polisi dan selebihnya 14 luka-luka.Apalagi, Belanda masih memegang kendali usai serangan tersebut. Keadaan Yogyakarta berangsur pulih usai para petinggi Belanda bertemu dengan Sri Sultan.Meskipun menurut majalah Belanda De Wappen Broeder terbitan Maret 1949, korban di pihak Belanda selama bulan Maret 1949 tercatat 200 orang tewas dan luka-luka.Sementara dari pihak Indonesia, korban tewas jumlahnya benar-benar tinggi.Sebanyak 300 prajurit tewas, 53 polisi tutup usia, dan belum termasuk jumlah warga sipil yang meninggal dunia serta tak dapat dihitung jumlahnya.

Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta, Heroik tapi Merugikan Indonesia

Berita Terkait

Berita Rekomendasi