JAKARTA, REQnews - “Di malam sebelum aku bermimpi melihat seorang Syekh diperalatan rindu. Ia menudingkan tangannya kepada ku dan berkata: ‘Bersiap-siaplah untuk bertemu denganku'.”Konon, syair tersebut menjadi bait terakhir yang ditulis Jalaluddin Rumi sebelum kekasihnya, yakni Tuhan Yang Maha Esa memanggilnya pulang kembali ke keabadian.Saat matahari terbenam di malam 16 Desember 1273, Rumi tutup usia dan pergi dari kefanaan dunia selama-lamanya.Beberapa sumber menyebut, sejumlah orang bersaksi pada malam sebelum kematian menjemput Jalaluddin Muhammad ibn Muhammad ibn Husain Bahauddin ibn Ahmad Al Khatibi Al Bakri, ada pancaran kebahagiaan dari wajah sang sufi besar.Kala itu ia berusia 68 tahun. Kepergiannya membuat Kota Konya di Turki, dipenuhi isak tangis sepanjang malam.Rumi, telah menitipkan warisan terakhirnya yang ditulis penuh cinta. Karya-karyanya, menjadi lentera penerang di kala gelap, petunjuk saat tersesat.Sepanjang hidupnya, ia dedikasikan untuk menebar suka cita dan cinta melalui puisi-puisi dengan bait yang indahnya tak jauh berbeda dari gambaran akan surga.Dalam 25 tahun terakhir masa hidupnya, Rumi menyusun lebih dari 70 ribu puisi yang ia kumpulkan dalam dua jilid berbeda.Ia hidup berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Meninggalkan kampung halamannya di Balkh, Persia bagian utara, Rumi memilih Konya di Turki sebagai tempat tinggal terakhirnya.Dalam bahasa Arab, Konya dikenal dengan nama Ar-Rum. Dari situlah ia mendapat julukan Rumi.Saat di Konya, Rumi menjadi pengajar, tokoh tersohor di kalangan kerajaan hingga pemimpin para ulama.&nbsp;Konya adalah tempat ia menelurkan banyak puisi-puisi terkenal, dan menyelesaikan kitab Mastnawi yang legendaris.Puisi-puisi peninggalan Rumi, kni diterjemahkan dalam banyak bahasa, dibacakan setiap hari di penjuru dunia.Bahkan, puisi-puisi Rumi adalah yang paling banyak dibacakan di Amerika dan Eropa, melebihi penyair manapun yang pernah hidup di muka Bumi.

Bait-bait Puisi Terakhir Rumi

Berita Terkait

Berita Rekomendasi