Den Haag, REQNews.com -- Hari itu, 28 April 1908, Raja Dewa Agung Jambe II mengembuskan nafas terakhir di antara mayat pasukan dan keluarga Kerajaan Klungkung. Di tangannya masih tergenggam sebilah keris, dan tentara Belanda mengambilnya.Di tangan Raja Dewa Agung Jambe II, keris itu adalah simbol perlawanan habis-habisan (puputan) rakyat Klungkung. Ketika berpindah tangan ke tentara Hindia-Belanda, keris itu menjadi simbol penaklukan sekujur Bali.Simbol lainnya, berupa istana, dibakar bersama jenazah prajurit Klungkung yang gugur. Namun pada tahun yang sama Belanda membangun istana itu kembali.<a href="https://www.theguardian.com/world/2023/jul/06/netherlands-to-return-treasures-looted-from-indonesia-and-sri-lanka-in-colonial-era">Keris Kerajaan Klungkung</a>, orang Bali menyebutnya Keris Ardawalika, dibawa ke Belanda dan dipamerkan sebagai &nbsp;simbol sukses kolonialisme memperluas tanah jajahan di abad ke-20.Senin, 10 Juli 2023, Keris Kerajaan Klungkung akan memulai perjalanan pulangnya dari Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda. Ada upacara serah terima dari pihak pemerintah Belanda ke Indonesia.Bersama Keris Kerajaan Klungkung dan Koleksi Pita Maha, Belanda juga melepas 335 artefak budaya Lombok yang dijarah setelah Perang Lombok. Lainnya adalah empat patung batu era Kerajaan Singhasari. Koleksi <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Pita_Maha">Pita Maha</a>Hampir tiga dekade setelah Bali diintegrasikan ke dalam Hindia-Belanda, muncul gerakan seni lukis modern di Pulau Dewata. Namya Pita Maha..Perkumpulan ini didirikan 29 Januari 1936 oleh Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad, Water Spies, dan Rudolf Bonet. Pita Maha memulai kiprahnya di Ubud, dengan gerakan seni lukis Bali yang berbeda.Dari Ubud, pengaruh gerakan menyebar ke sekujur Bali. Seni lukis Bali tidak lagi sepenuhnya tradisional, tapi mendapat sentuhan atau pengaruh Barat, dan muncul dengan corak dan gaya tersendiri.Semula, tujuan gerakan ini adalah menjaga standar mutu artistik yang tinggi dan mencegah seniman melakukan produksi massal. Karya-karya Pita Maha di tahun-tahun awal dibawa pemerintah kolonial ke Belanda. Seluruhnya, sesuai yang akan dikembalikan, 132 lukisan.Saat ini, Museum Puri Lukisan Ratna Warta di Ubud menyimpan 227 lukisan dan 105 patung karya Pita Maha. Kedatangan 132 lukisan Pita Maha dari Belanda akan membuat koleksi museum lebih kaya.

Menunggu Kepulangan Keris Kerajaan Klungkung dan Kenangan Puputan Terakhir Rakyat Bali

Berita Terkait

Berita Rekomendasi