Jakarta, REQNews.com -- Dalam laporan kunjungannya ke sejumlah rumah pedesaan (landhuis) di sekujur Batavia dan Ommelanden, majalah In En Om Batavia sedikit menyinggung tentang Landhuis Rustenburg, dan kondisinya saat itu."Tidak jauh dari persimpangan tiga arah di ujung Kerkstraat di Meester Cornelis, di sebelah kanan adalah Landhuis Rustenburg, yang pada paruh pertama abad ke-19 dihuni oleh mantan konsul Belanda di Cina Johannes Hendricus Bletterman, yang meninggal pada tahun 1845. Jandanya meninggal di sana pada tahun 1853. Keduanya dimakamkan di sana. Mereka berasal dari Tanjung Harapan dan mungkin dari Rustenburg. Setelah kematian mereka, rumah tersebut dihuni oleh banyak orang dari berbagai ras, sehingga kuburan pasangan tersebut pun harus menderita."Penulis tampaknya berspekulasi tentang Rustenburg, situasi landhuis, serta -- ini mungkin yang lebih penting -- tidak menyebut pemilik terakhir rumah pedesaan di tanah partikelir kecil itu. Benar ada kota bernama Rustenburg di Afrika Selatan, tapi tidak ada catatan Johannes Hendricus Bletterman berasal dari kota itu. Rustenburg sebagai nama landhuis telah ada sejak dekade terakhir abad ke-18.Landhuis Rustenburg relatif terbengkalai, dan tidak lagi dihuni, setelah pemerintah Hindia Belanda mengambil alih tanah partikelir Tjawang. Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 21 Agustus 1937 memberitakan pembelian Rustenburg terjadi setelah NV V Javasche Particuliere Landerijen Mattschappij membeli Kedawoeng West dan Batoetjeper.Namun, pemerintah Hindia-Belanda menjual kembali sebagian tanah partikelir Tjawang, seluas 90 bouw atau 68,3 hektar, kepada pedagang Arab bernama Abdullah Mari bin Thalib dengan harga 10 ribu gulden. Abdullah Mari membuka tanaman buah-buahan di atas tanah itu dan dilarang mendiami Landhuis Rustenburg. Land RustenburgLand Rustenburg, yang oleh penduduk setempat disebut Tjawang, bukan tanah parikelir besar. Luas land itu hanya 320 bouw, atau 227 hektar. Andries Teisseire, dalam catatan perjalanan di penghujung abad ke-18, menyebutkan Rustenburg dimiliki Arnoldus Contantijn Mom. Ada rumah batu yang menjadi tempat 'pelarian' Gubernur Jenderal VOC Petrus Albertus van der Parra.Van der Parra berkuasa antara 1761-1775. Jadi, bukan tidak mungkin Landhuis Rustenburg telah ada, atau selesai dibangun, sebelum era Van der Parra. Saat itu, Batavia kerap dilanda wabah kolera dan malaria, yang membuat elite kulit putih VOC menyingkir ke Ommelanden. Van der Parra hanya salah satu yang lari dari Batavia setiap kali wabah melanda.Tidak ada catatan sampai berapa lama Arnoldus Contantijn Mom memiliki Land Rustenburg dan tinggal di landhuis-nya. Setelah VOC bubar, Gubernur Herman William Daendels berkuasa, dilanjutkan Sir Thomas Stanford Raffles, banyak perubahan terjadi di sekujur Ommelanden. Selama masa itulah pemilik dan penghuni Land dan Landhuis Rustenburg tak tercatat.De locomotief edisi 8 Agustus 1930 memberi catatan menarik soal Johannes Hendricus Bletterman, tapi tak menyebut kapan konsul pertama Kerajaan Belanda di Cina itu membeli Land Rustenburg. Surat kabar terbitan Semarang itu hanya menulis Johannes Hendricus Bletterman membeli Land Rustenburg tak lama setelah diangkat sebgai konsul di Cina.JH Bletterman, begitu surat kabar Belanda menyingkat namanya, meninggal di Rustenburg 26 Juli 1845. Land Rustenburg jatuh ke tangan jandanya; yaitu Sebastiana Anna de Esperanca -- perempuan yang dinikahi JH Bletterman di Macao tahun 1820. Anna de Esperance melahirkan dua anak; Johannes Matthias Bletterman dan Egbertus Hendrikus Bletterman.Anna Esperance meninggal dan dimakamkan di Rustenburg, November 1853. Johannes Matthias Bletterman mewariskan Rustenburg dan mengelola tanah itu sampai kematiannya, November 1872. Pengelola tanah partikelir Rustenburg berikutnya dalah Egbertus Hendrikus Bletterman. Ia mengelola dan mendiami Land dan Landhuis Rustenburg sampai kematiannya tahun 1891.Sebelum meninggalkan Rustenburg, anak-anak Johannes Mathias Bletterman dan Egbertus Hendrikus Bletterman berusaha menjual tanah itu. Regeerings Almanak voor Nederlandsch Indie 1898 mencatat pemilik berikut Rustenburg adalah Keluarga Loriaux.Keluarga Loriaux tak mendiami Landhuis Rustenburg, tapi menyewakannya sebagai tempat relaksasi yang dikelola WL Ch Drosser. Ini terlihat dalam iklan di Bataviaasch nieuwsblad 30 September 1903. CJ Loriaux, pemasang iklan itu, melarang keras penggunaan Landhuis Rustenburg sebagai tempat relaksasi mulai 1 Oktober 1903.Land Rustenburg yang kecil tampaknya mengandalkan pendapatan dari perkebunan kelapa dan sawah yang dikelola 1.134 penduduk pribumi. Tahun 1906, seperti terlihat dalam Regeerings Almanak voor Nederlandsch India, Land dan Landhuis Rustenburg diambil alih salah satu janda F Loriaux.Janda F Loriaux, namanya tak disebut, mengelola Landhuis Rustenburg sebagai tempat bersantai kalangan elit Batavia saat itu dan mengontrol penanaman padi dan perkebunan kelapa. Landhuis Rustenburg relatif terjaga dari kebusukan karena dikunjungi banyak orang setiap pekan,Tahun 1917, Firma Reynst en Vinju mengiklankan Land Tjawang dan Landhuis Rustenburg sebagai bidang tanah dijual di Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 14 November. Tahun 1929, Regeerings Almanak voor Nederlandsch Indie mencatat NV Bouw Maatschappij SA Oemar Alkatirie sebagai pemilik Rustenburg. Inilah pemilik terakhir Tjawang of Rustenburg, sebelum dibeli kembali pemerintah Hindia-Belanda. Koloni PengemisLandhuis Rustenburg relatif terjaga dari kebusukan setelah melewati 200 tahun. Itu terlihat dalam foto tahun 1930-an, atau sebelum diambil alih pemerintah Hindia-Belanda. Namun tak banyak yang membicarakan landhuis satu ini.Dr VI van de Waal hanya menyebut Landhuis Rustenburg dalam catatan kaki buku Oude Hollandsche Buitenplaatsen van Batavia. Algemeen Handelsblad edisi 19 April 1929 menyebut Landhuis Rustenburg menonjol dengan kesederhanaannya sebagai rumah pedesaan. Menariknya, kesederhanaan itulah yang membuatnya dianggap tidak bernilai arkeologis.Berbeda dengan landhuis milik petinggi VOC lainnya, Landhuis Rustenburg tidak meninggalkan perabot dari abad ke-18, lukisan-lukisan pemilik pertama dan seterusnya, simbol-simbol keluarga, dan ornamen-ornamen dari zamannya. Keluarga Constantijn Mom, misalnya, tidak meninggalkan jejak apa pun. Keluarga Blatterman hanya meningglkan jejak berupa makam.Di era perang dekolonisasi, Landhuis Rustenburg beberapa kali berganti fungsi. Tahun 1948, misalnya, menjadi tempat penampungan pengemis. De locomotief edisi 26 Agustus 1948 menyebut Rustenburg sebagai koloni pengemis yang banyak dikunjungi pejabat dari luar Jawa.Tahun 1949, seperti diberitakan Indische courant edisi 1 Juni, Rustenburg menjadi kamp tahanan politik. Teks foto di koran itu menyebutkan sekitar 500 tahanan politik yang pulang dari Noesa Kambangan diterima di Rustenburg, sebelum dikirim ke daerah asal masing-masing.

Landhuis Tjawang of Rustenburg, 'Rumah Pelarian' Gubernur Jenderal Van der Parra

Berita Terkait

Berita Rekomendasi