Jakarta, REQNews.com -- Tahun 1770, saat singgah di Batavia dalam perjalanan keliling dunia, Kapten James Cook diterima Gubernur Jenderal Petrus Albertus van der Parra di Heerenhuis Weltevreden. Tuan rumah mengajak Kapten James Cook menjelajah bagian-bagian rumah besar yang megah untuk membuat sang tamu terkesan.Tidak ada catatan apa yang dibicarakan keduanya selama tur singkat ke sekujur Heerenhuis Weltevreden, tapi Frederick de Haan punya punya sekelumit kisah tentang itu. Dalam Oud Batavia Eerste Deel, De Haan menulis; "Seluruh halaman Heerenhuis yang luas, seperti pada masa Cornelis Chastelein, dikelilingi parit, yang mengubahnya menjadi semacam pulau. Tatanan yang tidak sehat, yang oleh Kapten James Cook disebut kebodohan yang canggih."Tidak ada penjelasan soal ini. Atau mungkin tak perlu penjelasan karena setelah lewat paruh pertama abad ke-18 siapa pun tahu sistem kanal Batavia gagal total. Penyebabnya, pasokan air dari sungai-sungai di sekujur Ommelanden tak ajeg. Air membludak di musim hujan dan menyebabkan banjir, menyusut hebat di musim kemarau menyebabkan air di kanal dan parit tak mengalir, menyebabkan pendangkalan, dan memicu wabah malaria. Paviljoensveld, WeltevredenSulit menentukan bagaimana 'negara' Weltevreden terbentuk. Dari akta kepemilikan lama, menurut De Haan, semula land ini &nbsp;bagian tanah Anthonij Paviljoen di tepi sungai dekat bidang tanah yang kelak bernama Waterlooplein. Tahun 1632 tanah itu bernama, atau tercatat dengan nama, Paviljoensveld.Sebagian tanah adalah rawa-rawa dan lainnya belantara. Anthonij Paviljoen saat itu telah sepuh. Ia menggunakan tanahnya untuk menggembalakan ternak. Jelang akhir usianya, Anthonij Pavaliun menyerahkan tanah itu kepada putranya yang juga bernama Anthonij Paviljoen dan duduk di Dewan Hindia.Anthonij Paviljoen Junior (Jr), sebut saja begitu, kesulitan mengelola land. Ia menyewakan sebagian tanah itu kepada orang Tionghoa untuk ditanami tebu dan sayur-mayur. Pavailiun Jr mengelola sebagian lagi untuk membuka sawah, seraya mempertahankan bisnis orang tuanya yaitu beternak.Tahun 1689 Cornelis Chastelein membeli sebagian tanah itu dan menyewakannya kepada seorang Tionghoa untuk ditanami tebu. Sebelum memasuki abad ke-18, telah ada satu rumah dan dua pabrik gula di tanah yang disewakan ke orang Tionghoa.Chastelein mendatangkan budak dari Bali untuk membuat dan mengelola sawah. Sisa lahan disewakan ke orang Tionghoa lainnya, dengan perjanjian tidak boleh ikutan membuka sawah atau menggunakan budak saat panen tebu. Ia memperluas lagi lahannya sampai ke jembatan yang menghubungi Weltevreden dengan Goenoengsari.Setelah Chastelein meninggal 28 Juni 1714, Weltevreden jatuh ke tangah Anthonij -- putra Chastelein yang menikah dengan Anna De Haan, putri Mattheus De Haan. Tahun 1724 Mattheus De Haan menjadi gubernur jenderal VOC.Anthonij Chastelein tak lama memiliki tanah itu. Ia meninggal, dan Anna De Haan menikah lagi dengan Johan Francois de Witte van Schooten. Setelah kematian Anna De Haan, Van Schooten meminta fidelcommis, pewarisan lompat tangan yang mewajibkan penerima warisan menyimpan harta warisan untuk diberikan kepada pihak ketiga, atas Weltevreden dicabut.Van Schooten mengambil tanah itu, dan menjualnya ke Justinus Vinck tahun 1733 dengan harga 39 ribu rijksdalder. Tidak ada catatan bagaimana kondisi Weltevreden saat itu. Catatan VOC hanya menyebutkan saat itu di Weltevreden hanya punya satu rumah besar dengan rumah bermain, dan pabrik gula. Vinck disebut-sebut membeli Weltevreden untuk menaikan prestise.Sejauh in tidak ada cerita siapa yang memberi nama Weltevreden. Semula, orang beranggapan nama Weltevreden diberikan Pavilijun Jr atau Chastelein, tapi De Haan tidak menceritakannya.Vinck mengelola tanah itu dengan membangun dua pasar, yang kini berama Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen, serta membangun jalan yang menghubungkan keduanya, kini disebut Jl Prapatan dan Jl Kebon Sirih. Nama Pasar Senen sempat menghilang karena penduduk kulit putih lebih suka menyebut Vinckpasser. Heerenhuis van MosselTahun 1749, atau sebelum kematiannya, Vinck menjual tanah Weltevreden kepada Jacob Mossel 28 ribu rijksdalder, jauh lebih murah dari harga pembelian. Padahal, harga tanah itu diperkirakan enam kali lipat dari harga yang dibayarkan Mossel karena jalan yang menghubungkan dua pasar mulai ramai.Mossel tahu meningkatkan nilai tanah. Dimulai dengan menggali parit bernama Kali Lio tahun 1767. Lio adalah tempat pembakaran bata, atau steenbakerij. Kali Lio digunakan untuk memfasilitasi Pasar Senen, yang sejak Mossel berkuasa menjadi Pasar Senen dan Jumat. Setelah itu, Mossel membangun heerenhuis di tikungan Sungai Tjiliwoeng.Heerenhuis Weltevreden adalah bangunan dua lantai dengan atap pelana. Beranda depan agak landai. Di belakang terdapat galeri dengan dua ruang samping. Dua bangunan luar yang sangat besar; dapur, dispenser, oven, rumah pelayah dan tempat tinggal budak, tidak terhubung dengan bangunan utama tapi sejajar di bagian belakang. Ada bangunan tambahan, kandang burung dan perlindungan merpati yang sangat luas, dan tidak berguna.Di bagian belakang ada kolam pemancingan. Selain fasilitas pemandian di kali dekat bangunan induk, terdapat rumah bermain di sungai tepat di belakang kolam pemancingan. Heerenhuis dibangun di tikungan Sungai Tjiliwoeng, dan saat itu rumah pemandian mengambil dan membuang air ke sungai yang sama.Di luar pekarangan luas yang dikelilingi parit terdapat tanah-bidang-bidang tanah dengan ukuran berbeda, yang ditawarkan ke pemukim kulit putih di dalam tembok kota Batavia. Ada rumah-rumah yang sudah dibangun pemilik rumah, tapi lebih banyak tanah-tanah yang dibiarkan kosong. Secara keseluhan, menurut De Haan, Jacob Mossel membangun keagungan, bukan kenyamanan. Mossel MenghilangBeberapa hari sebelum kematiannya, Mossel menghilang usai mengunjungi pabrik gula yang masih bertahan di Weltevreden. Saat itu ia masih menjabat gubenur jenderal. Semua orang mencarinya, dan ketemu. De Haan tidak bercerita bagaimana ia ditemukan.Setelah kematian Mossel, Weltevreden menjadi milik kerabatnya tapi hanya sebentar. Tahun 1767 Gubernur Jenderal Petrus Albertus van der Parra membelinya. Van der Parra menempati Heerenhuis Weltevreden. Istri Van der Parra meninggal di rumah itu.Sebelum memasuki abad ke-19, Weltevreden dibeli Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten. Heerenhuis Weltevreden masih berdiri tapi bobrok. Fasad yang kosong dibongkar tahun 1802, yang membuat tampilannya lebih mirip gudang. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels sempat tinggal di sini selama beberapa bulan sebelum pindah ke Buitenzorg.Meski martabat Heerenhuis Weltevreden terus menyusut, tapi bertahan sampai era kekuasaan Inggris di Jawa dan masih dihuni. Setelah itu, meski tak ada lagi cerita tentang penghuninya, Heerenhuis Weltevreden bertahan melewati pergantian abad sampai menjadi RS Gatot Subroto.

Heerenhuis Weltevreden: Kemegahan VOC yang Dicemooh Kapten James Cook

Berita Terkait

Berita Rekomendasi