JAKARTA, REQnews - Setidaknya ada dua versi tentang asal kata Grogol. Pertama, grogol berasal dari kata dalam Bahasa Sunda, yaitu garogol. Kedua, grogol adalah kata dalam Bahasa Jawa.
Garogol artinya jebakan hewan berupa lubang di tanah, dengan kayu-kayu runcing di dalamnya. Grogol dalam Bahasa Jawa memiliki dua arti. Pertama, menurut situs puromangkunegaran.com, adalah tempat mengikat hewan hasil buruan sebelum disembelih. Ada Desa Grogolan di Perkampungan Kota Mangkunegaran, dan salah satu kampung tua di kawasan itu.
Versi lain, menurut Babad Ponorogo, grogol atau grogolan adalah tempat mengintai hewan buruan. Ada Desa Grogolan di Ponorogo, yang diyakini pernah menjadi tempat Sultan Mangkurat Mas mengintai hewan buruan, saat masih menjadi pengungsi akibat perebutan kekuasaan di keraton.
Tidak ada yang tahu pasti versi mana yang benar, sebab tidak ada catatatan siapa yang lebih dulu bermukim di sekitar Grogol sebelum VOC menjarah Ommelanden. Orang Sunda sangat mungkin lebih awal tiba di kawasan Grogol. Orang Jawa muncul belakangan, setelah penaklukan Batavia yang gagal oleh Kesultanan Mataram.
Ada banyak desa dengan nama grogol di Jawa Timur dan Jawa Tengah, tapi hanya Babad Ponorogo yang mencatat asal-usul nama itu. Belasan desa dengan nama Grogol yang lain relatif tidak mewarisi kisah dari masa lalu. Asumsi Grogol berasal dari garogol, kata dalam Bahasa Sunda, juga meragukan karena beberapa orang Sunda mengatakan tidak ada kata garogol dalam Bahasa Sunda.
Yang pasti, Grogol adalah kata yang berhubungan dengan perburuan; sebagai jebakan, penampungan hewan buruan, atau tempat pengintaian hewan. Setelah Perjanjian Damai VOC-Banten, dan Ommelanden aman, Grogol dan sekitarnya adalah kawasan perburuan penduduk lokal dan petinggi VOC.
Perburuan tidak hanya terjadi saat ini, tapi juga sampai ke Depok &ndash; kawasan hilir Gegraven Grogol. Andries Hartsinck dikabarkan masih suka berburu di sekitar rumahnya. Ia juga kerap mengundang rekan-rekan bisnisnya untuk berburu pada waktu-waktu tertentu.
Berbeda dengan Grogol, asal kata Petamboeran mungkin lebih sulit dilacak. Menggunakan teori toponimi, bahwa VOC menggunakan rupa bumi untuk penamaan wilayah yang dibuka, asal kata Petamboeran seharusnya bisa dilacak.
Namun, ada dua versi soal ini. Pertama, Petamboeran adalah nama salah satu jenis aggrek, yaitu Vanda Petamboeran. Sayangnya, asumsi ini terbantah karena Vanda Petamboeran adalah anggrek hybrid yang dipopulerkan tahun 1941.
Spekulasi lain, Petamboeran berasal dari kata Tamboer &ndash; salah satu alat musik pukul dalam kelompok drumband. Tamboer juga sering dibawa dalam perang. Bahkan prajurit di Kapal Batavia yang tenggelam juga membawa tamboer.
Dari sini muncul berbagai spekulasi soal kata Petamboeran. Salah satunya. Saat masih dikuasai dikuasai para petinggi VOC; Baron van Imhoff dan Jeremias van Riemsdijk, Tanah Abang adalah estate dan tempat bermukim impian penduduk kulit putih Batavia.
Kedua mantan gubernur jenderal itu dikabarkan mengalokasikan tanah, yang kini disebut Petamboeran, untuk serdadu VOC berlatih memukul tamboer &ndash; semacam kelompok drumband saat ini.
Warga sekitar, demikian spekulasi itu, menyebut kegiatan latihan itu sebagai tetamboeran. Saat Petamboeran dijadikan landgoed partikelir, VOC memberi nama Petamboeran, bukan tetamboeran. Penggunaan awalan &lsquo;pe&rsquo; juga terlihat pada dua nama wilayah di Jakarta Barat lainnya, yaitu pemanggisan dan pekembangan.
Kata Petamboeran lebih populer, karena tertera dalam arsip tanah Hindia-Belanda. Namun, tidak ada naskah yang mencatat adanya aktivitas latihan memukul tamboer, sebelum kawasan Tanah Abang terpecah ke dalam beberapa bidang tanah partikelir.

Arti Grogol, dan Teka-teki Petamboeran

Berita Terkait

Berita Rekomendasi