Kabul, REQNews.com -- Sejumlah warga Afghanistan, terutama staf Kedubes AS di Kabul, kehilangan kepercayaan bahwa mantan tuan mereka akan membantu mereka keluar dari negara yang direbut Taliban.
"Akan lebih baik mati dengan tubuh berlubang peluru Taliban daripada menghadapi kerumunan setiap hari," kata seorang warga Afghanistan yang mantan staf Kedubes AS di Kabul, kepada NBC News.
Staf lainnya mengatakan; "Lebih senang mati di sini, dengan martabat dan kebanggaan."
Mereka layak berkecil hati. Mereka dundang Departemen Luar Negeri AS, Rabu pekan lalu, untuk pergi ke Bandara Hamid Karzai dan naik pesawat yang akan membawa mereka keluar dari Afghanistan.
Di bandara, mereka menghadapi dua pos pemeriksaan Taliban. Di sini mereka dipukul, dimaki-maki, dan diludahi, prajurit Taliban. Beberapa nyaris kehilangan anak-anak mereka yang masih balita.
Lainnya, ambruk akibat tidak mampu lagi berdiri dan bergera di bawah terik matahari. Ada yang terluka akibat terinjak kerumunan.
Jika mereka sukses melewati pos Taliban, tidak ada jaminan tentara AS yang menjaga lapis berikutnya akan mengijinkan mereka. Kawat berduri membentang sedemikain rupa, dan nyaris tidak bisa dilewati.
Taliban dan AS melakukan semua itu untuk satu hal, yaitu agar landasan bandara bersih dari kerumunan dan pesawat mendarat dan lepas landas dengan aman.
Prajurit Taliban berkali-kali melepas tembakan ke udara, sebagai upaya memukul mundur massa. Presiden Joe Biden mencatat Taliban sangat kooperatif memperluas beberapa perimeter, dan mendukung upaya evakuasi keras serta menuakitkan.
Joseph Borrell, diplomat top Uni Eropa, mengatakan tidak mungkin mengevakuasi seluruh sekutu Afghanistan dari Kabul sampai akhir Agustus, atau ketika pasukan AS ditarik. AS tidak menyediakan akses memadai ke bandara.
Tidak jelas mengapa tidak ada persiapan bagi warga Afghan sekutu AS untuk dievakuasi pada saat sama pekan lalu. Seorang warga Afghan mengatkan Departemen Luar Negeri AS memprioritaskan evakuasi elite pemeirntah Afghanistan yang memiliki dokumen untuk melarikan diri.
Sekitar 125 kontraktor keamanan Afghanistan yang membantu diplomat Inggris juga diberi tahu tidak akan mendapat perlindungan dari pemerintah Inggris. Keputusan ini disampaikan di tengah reaksi publik.

Merasa Dikhianati, Warga Afghanistan Sekutu AS dan Inggris Siap Mati di Ujung Senjata Taliban

Berita Terkait

Berita Rekomendasi