JAKARTA, REQnews - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bahwa pelaku UMKM, khususnya perempuan adalah yang paling sering menjadi korban pinjaman online yang ilegal dan tidak terdaftar secara resmi.
Disebutkan Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Sondang Martha Samosir, data per Mei 2019 hanya terdapat 113 fintech P2P lending atau aplikasi pinjaman online yang benar-benar resmi terdaftar.
Sedangkan yang lainnya sudah bisa dipastikan adalah aplikasi pinjaman bodong. Ia meminta masyarakat, khususnya perempuan bisa lebih berhati-hati lagi ketika ingin meminjam uang.
Sondang juga mengimbau agar masyarakat tidak terlena dengan promo atau iklan yang ditawarkan pinjaman online ilegal tersebut. Selain itu, masyarakat juga diminta memperhatikan soal bunga jika ingin melakukan transaksi peminjaman.
&ldquo;Ya kalau lembaga pinjaman konvensional saja maksimal bunga per bulan 11 sampai 12 persen. Jadi itu saja yang dijadikan patokan,&rdquo; kata Sondang di Jakarta, Rabu 24 Juli 2019.

Meski banyak orang yang menjadi korban, di sisi lain pinjaman online mencatatkan nilai fantastis pada pertengahan tahun ini. Data dari Indef menyebut nilai pinjaman online tembus ke angka Rp 41 triliu per Mei 2019. Tentu saja, pinjaman online itu adalah yang legal dan terdaftar.

Ternyata, Penipuan Pinjaman Online Paling Banyak Menyasar Perempuan

Berita Terkait

Berita Rekomendasi