JAKARTA, REQnews - Koordinator Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman mengapresiasi langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang telah menetapkan Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej atau Eddy Hiariej sebagai tersangka dugaan suap dan gratifikasi.&nbsp; Ia menilai bahwa kasus tersebut sebagai bukti KPK masih bekerja di tengah dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang menyeret nama Ketua KPK Firli Bahuri.&nbsp; "Kita apresiasi bahwa KPK di tengah gonjangan Pak Firli terkait dugaan pemerasan Pak SYL, tapi tetep melakukan pekerjaan besarnya untuk memberantas korupsi dengan menangani kasus-kasus yang setidaknya pejabat yang konflik kepentingan maupun gratifikasi," kata Boyamin dalam keterangannya pada Jumat 10 November 2023.&nbsp; Lebih lanjut, Boyamin pun mengaku tak terkejut dengan adanya penetapan Eddy Hiariej sebagai tersangka dugaan pemerasan terhadap eks Dirut PT Citra Lampia Mandiri (PT CLM) Helmut Hermawan.&nbsp; Boyamin pun kemudian turut menjelaskan rangkaian atau kronologis kasus yang dilaporkan oleh Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso ke KPK itu.&nbsp; "Saya sebenarnya tidak kaget kalau Wamenkumham ditetapkan sebagai tersangka KPK, karena persoalan yang dilaporkan agak paham. Yang dilaporkan Sugeng Santoso IPW pernah didiskusikan dengan aku, dugaan Wamenkumham menerima sejumlah uang dari Helmut Hermawan," kata dia.&nbsp; Ia mengatakan bahwa kasus tersebut berawal dari adanya permintaan bantuan dari Helmut Hermawan, terkait pengesahan badan hukum perusahaannya ke Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kemenkumham.&nbsp; Sehingga menurutnya, kasus tersebut tak hanya dugaan suap dan gratifikasi, namun juga adanya dugaan pemerasan yang dilakukan pihak Wamenkumham kepada Helmut Hermawan.&nbsp; "Konstruksinya bisa gratifikasi, suap, bisa pemerasan," kata Boyamin.&nbsp; Lebih lanjut, ia menduga terdapat penerimaan uang sebesar Rp8 miliar oleh Wamenkumham Eddy Hiariej, mulai dari upah pengacara hingga penutupan perkara.&nbsp; "Urutannya itu adalah Rp 4 miliar, Rp 3 miliar, dan Rp 1 miliar. Rp 4 miliar konon katanya untuk upah lawyer, Rp 3 miliar tambahan lagi untuk menutup perkara yang menyangkut Helmut karena dia juga dilaporkan di Polri. Tapi janji itu tampaknya, yang Rp 3 miliar (menutup perkara di Polri), tidak terpenuhi," lanjutnya.&nbsp; Selanjutnya, Boyamin mengatakan jika Eddy Hiariej diduga menerima uang senilao Rp1 miliar untuk pembiayaan kegiatan persatuan tenis Indonesia.&nbsp; "Yang Rp1 miliar untuk permintaan membiayai kegiatan persatuan tenis lapangan Indonesia, organisasi olahraga. Yang ini juga diduga untuk money politics uang yang diperoleh dari Helmut tadi," katanya.&nbsp; "Sehingga kemudian ini konflik kepentingan. Mestinya kalau Pak Wamenkumham melayani orang yang mengadu karena sengketa, ya dilayani saja, jangan minta upah karena memang tugasnya dia," ujarnya.&nbsp; Diketahui, KPK telah menetapkan Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej atau Eddy Hiariej sebagai tersangka dugaan pemerasan mantan Direktur Utama PT Citra Lampia Mandiri (CLM) Helmut Hermawan.&nbsp;&nbsp; Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengatakan bahwa surat penetapan sudah ditandatangani sekitar dua pekan yang lalu.&nbsp;Ia menyebut bahwa terdapat empat orang yang ditetapkan sebagai tersangka, salah satunya adalah Eddy Hiariej.&nbsp;&nbsp; "Penetapan tersangka Wamenkumham, benar itu sudah kami tanda tangani sekitar dua minggu yang lalu," kata Alex kepada wartawan, Kamis 9 November 2023.&nbsp;&nbsp; Alex mengatakan empat tersangka yang sudah ditetapkan antara lain tiga orang penerima dan satu pemberi gratifikasi.&nbsp;&nbsp; "Empat orang tersangka, dari pihak penerima tiga, dan pemberi satu. Itu," kata Alex.&nbsp;&nbsp; Sebelumnya, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso melaporkan dugaan tindak pidana korupsi, gratifikasi, atau pemerasan dalam jabatan yang diduga dilakukan oleh Wamenkumham Eddy Hiariej senilai Rp7 miliar.&nbsp; &nbsp;&nbsp; Aliran dana senilai Rp 7 miliar tersebut diduga diterima oleh Eddy Hiariej melalui dua orang asisten pribadinya yaitu YAR (Yogi Arie Rukmana) dan YAM (Yosi Andika Mulyadi).&nbsp; &nbsp;&nbsp; Pemberian uang tersebut diduga ada kaitannya dengan HH (Helmut Hermawan) yang sebelumnya merupakan Direktur Utama PT Citra Lampia Mandiri (CLM) dan meminta konsultasi hukum kepada Wamen EOSH.&nbsp; &nbsp;&nbsp; Namun, Eddy Hiariej enggan menanggapi secara serius karena menganggap pokok permasalahan adalah hubungan profesional antara YAR dan YAM sebagai advokat dengan klien Sugeng.&nbsp; &nbsp;&nbsp; Sementara itu, YAR telah melaporkan balik Sugeng ke Bareskrim Polri atas kasus dugaan pencemaran nama baik.

MAKI Menduga Eddy Hiariej Terima Rp8 Miliar dari Helmut, Upah Penutupan Perkara Hingga Kegiatan Ini..

Berita Terkait

Berita Rekomendasi