JAKARTA, REQnews - Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri membongkar sindikat scam online jaringan internasional dengan modus bekerja di Dubai.&nbsp; Terdapat tiga klaster kasus yang saat ini tengah diusut penyidik dalam rangkaian pengungkapan kasus tersebut. Di antarannya tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan penipuan online atau scamming.&nbsp; Direktur Tindak Pidana Siber (Dirtipidsiber) Bareskrim Polri Brigjen Himawan Bayu Aji mengatakan bahwa pengusutan kasus ini berawal saat pelaku melakukan aksi penipuan di media Telegram dan WhatsApp.&nbsp; Jenderal bintang satu Polri itu mejelaskan bahwa para pelaku menjanjikan korbannya untuk bisa bekerja di Dubai.&nbsp; "Korban ditawari pekerjaan sebagai pekerja kantor yang berhubungan dengan computer di luar negeri dengan gaji 3.500 dirham atau sebesar Rp15 juta per bulan," kata Himawan dikutip pada Rabu 17 Juli 2024. Selain warga negara Indonesia (WNI), sejumlah warga negara China, India hingga Thailand yang tergiur lalu diberangkatkan ke luar negeri dan dibawa ke sebuah tempat.&nbsp; Rinciannya yaitu WNI sebanyak 17 orang, WN Thailand 10 orang, WN Cina 21 orang, dan WN India 20 orang yang menjadi korban TPPO.&nbsp; Para korban merasa dijebak oleh sindikat yang dipimpin oleh seorang warga negara China berinisial ZS, karena awalnya dijanjikan sebagai pekerja kantoran di Dubai, namun malah berkerja sebagai operator penipuan melalui media sosial.&nbsp; "Di-briefing di lokasi bahwa tugas operator adalah mencari korban WNI dengan teknik social engineering. Teknik social engineering artinya dia mem-blasting link website kemudian mempelajari pola-polanya untuk menawarkan investasi ataupun pekerjaan paruh waktu dengan hasil yang direkayasa sehingga korban mendapatkan untung atau komisi," kata Himawan.&nbsp; Ia mengatakan bahwa para korban TPPO yang dijadikan scammer dalam sindikat itu mayoritas memiliki kemampuan di bidang informatika.&nbsp; "Kenapa mereka menerima tawaran itu karena mereka punya background pendidikan sebagai punya kemampuan di bidang informatika, rata-rata seperti itu," lanjutnya.&nbsp; Mereka, kata dia, mampu mengoperasionalkan komputer atau pernah belajar tentang ilmu komputer dan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu informatika.&nbsp; "Sehingga itu menjadi salah satu dasar mereka bisa diterima di sana," tambahnya.&nbsp; Setelah berjalan satu minggu, ia menyebut para WNI yang menjadi korban TPPO melarikan diri dikarenakan merasa terancam dan tertipu, karena tak sesuai dengan pekerjaan yang dijanjikan.&nbsp; Dalam kasus ini, penyidik kepolisian telah menetapkan empat tersangka, tiga di antaranya warga Indonesia yang berinisial NSS, H, dan M yang membantu ZS dalam melakukan aksi penipuan internasional.&nbsp; Dari bisnis ilegal ini, sidnikat ZS meraup keuntungan kurang lebih Rp1,5 triliun dari empat negara yaitu Indonesia Rp59 miliar, India Rp1,077 triliun, Cina Rp91 miliar, dan Thailand Rp288 miliar.&nbsp; "Total kerugian secara keseluruhan yaitu Rp 1,5 triliun, Selanjutnya penyidik akan melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap tersangka serta pengembangan terkait kasus online scam," ujarnya.&nbsp; Himawan pun memastikan akan terus melakukan pengusutan kasus, termasuk juga aset para pelaku yang berada di luar negeri.

68 Korban TPPO dari 4 Negara Dipaksa Jadi Scammer di Dubai

Berita Terkait

Berita Rekomendasi