JAKARTA, REQnews - Sekitar 75 persen dari kapasitas pemurnian <a href="https://www.reqnews.com/read/news/66624/nah-loh-uni-eropa-melawan-larangan-ekspor-nikel-indonesia">nikel</a> di Indonesia dikuasai oleh perusahaan-perusahaan China. Hal ini diketahui berdasarkan laporan nirlaba keamanan global Amerika Serikat (AS) C4ADS.&nbsp;Melansir dari Business Standard pada Rabu 5 Februari 2025, situasi ini memicu kekhawatiran terhadap kontrol rantai pasokan dan risiko-risiko lingkungan. Laporan ini mencatat &nbsp;kapasitas pemurnian nikel 8 juta metrik ton di Indonesia. Jumlah itu didistribusikan ke 33 perusahaan.Tumpang tindih diduga terjadi antar pemegang saham sehingga perusahaan China menguasai sekitar tiga perempat kapasitas peleburan tahun 2023. Hal ini diperoleh dari penelusuran kepemilikan.&nbsp;"Karena Indonesia bertujuan untuk menggunakan industri nikel untuk pertumbuhan ekonomi, pengaruh asing yang besar ini dapat membatasi kemampuan Indonesia untuk mengontrol dan membentuk industri ini untuk kepentingannya," kata laporan tersebut, yang dirilis pada hari Selasa, 4 Februari 2025.Akibat dari temuan ini, produsen mobil AS dan Eropa tidak diuntungkan terutama pasar kendaraan listrik global.&nbsp;Diketahui sebelumnya bahwa Presiden Prabowo Subianto memerintahkan membentuk satuan tugas untuk mengembangkan industri hilir mineral dengan pembiayaan dalam negeri. Kemudian, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut cara itu dilakukan untuk secara bertahap mengurangi persepsi pihak asing mendapatkan keuntungan paling besar.Ternyata laporan C4ADS menyatakan jika dua perusahaan China yakni Tsingshan Holding Group dan Jiangsu Delong Nickel Industry Co Ltd, menguasai lebih dari 70 persen kapasitas pemurnian di Indonesia pada 2023.

Mengejutkan! Lembaga Penelitian AS Sebut Pemurnian Nikel Indonesia Dikuasai Perusahaan China, Sebesar Ini Persentasenya

Berita Terkait

Berita Rekomendasi