JAKARTA, REQnews - Seorang konsumen bernama Elnard Peter menggugat PT Toyota Manufacturing Indonesia, PT Toyota Astra Motor, dan PT Astra International terkait dugaan cacat produk pada Toyota All New Kijang Innova yang dibelinya pada 2021.&nbsp; Gugatan tersebut diajukan oleh Elnard karena pihaknya merasa bahwa geometri roda kendaraan yang dibelinya diduga tidak memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Toyota Motor Corporation.&nbsp; Toyota Motor Corporation sendiri menetapkan baku mutu sebagai standar kualitas global bagi produk-produknya, termasuk All New Kijang Innova yang diproduksi dan dipasarkan di berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Filipina.&nbsp; Terkait gugatan tersebut, Elnard melihat bahwa pihak Toyota tak memiliki simpati dan empati bahwa ada konsumen yang kecewa dengan kondisi produknya.&nbsp; Ia menjelaskan bahwa masalah yang dialaminya yaitu mengenai geometri roda kendaraan ketika sedang berkendara di jalan tol, ada kondisi mungkin jalan bergelombang, sambungan jembatan, atau berlubang membuat setir tiba-tiba oleng dan kendaraan jadi tidak terendali hinhga mengalami pecah ban.&nbsp; "Saya minta itu diperbaiki, mereka tidak mau, diminta beli kembali juga tidak mau, sementara saya sudah jelas ini tidak masuk dengan kriteria saya sebagai produk otomotif yang aman," kata Elnard dalam keterangannya dikutip pada Senin 24 Februari 2025.&nbsp; Lebih lanjut, Elnard mengaku jika didinya tidak diperkenankan untuk mengganti suku cadang yang bermasalah dengan suku cadang yang dipergunakan di Malaysia, Filipina, Taiwan.&nbsp; "Tidak boleh. Saya juga heran. Saya itu adalah gugatan kelima buat Toyota. Saya menemukan jejak digital itu ada empat konsumen lain yang melampaui upaya hukum. Empat partnya itu, yang tiga produk Fortuner, satu Vios, semua terkait airbag," katanya.&nbsp; Menurutnya, para konsumen yang mengajukan gugatan mengalami permasalahan seperti airbag yang tidak mengembang saat terjadinya kecelakaan.&nbsp; "Nah, yang menjadi sorotan saya adalah pada saat mereka melakukan upaya hukum, ternyata pembuktian terbalik pun tidak terjadi. Mereka menawarkan putusan yang memihak kepada saya, sesuai dengan kepentingan saya. Tapi, dengan imbalan," ujarnya.&nbsp; Diketahui, gugatan yang diajukan oleh Elnard pada pengadilan tingkat pertama dan kedua dinilai mengabaikan pembuktian terbalik yang seharusnya menjadi tanggung jawab pelaku usaha berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.&nbsp; Selanjutnya, Elnard pun mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) setelah menilai proses hukum sebelumnya mengalami 'cacat tersembunyi.'&nbsp; Permohonan kasasi yamg diajukan oleh pihaknya sebelumnya telah didaftarkan ke MA sejak 12 Juli 2024, namun baru mendapatkan nomor registrasi perkara No.80 K/Pdt/2025 pada 2 Januari 2025, setelah menunggu 175 hari.&nbsp; Namun di tengah proses kasasi, muncul dugaan adanya praktik jual-beli putusan di MA. Pihaknya menyebut seorang oknum yang mengaku pihak MA menghubungi dirinya pada 21 Januari 2025.&nbsp; Oknum tersebut menawarkan 'putusan yang memihak' dengan syarat pembayaran ratusan juta rupiah, yang harus diserahkan di kantor Mahkamah Agung setelah putusan dibacakan.&nbsp; Pihak Elnard pun mengaku menolak tawaran itu dan menegaskan bahwa putusan kasasi seharusnya didasarkan pada alat bukti otentik serta mempertimbangkan yurisprudensi dalam kasus serupa.&nbsp; Elnard pun berharap agar MA dapat mengeluarkan putusan yang adil sesuai dengan prinsip hukum dan perlindungan konsumen.

Geometri Dinilai Tak Sesuai Mutu, Toyota Digugat Konsumen, Begini Kronologisnya

Berita Terkait

Berita Rekomendasi