JAKARTA, REQnews - Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri mengungkap kasus penyelewengan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di Teppoe, Kelurahan Balandete, Kecamatan Kolaka, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.&nbsp; Dirtipidter Bareskrim Polri Brigjen Nunung Syaifuddin mengatakan bahwa kasus tersebut terungkap berawal dari adanya Laporan Polisi Nomor: LP/A/109/XI/2024/SPKT.DITTIPIDTER/BARESKRIM POLRI, tanggal 14 November 2024 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor: SP.Sidik/636/XI/RES.5.5./2024/Tipidter, tanggal 14 November 2024.&nbsp; "Setelah melalui serangkaian penyelidikan oleh unit 5 Subdit 1 Dittipidter Bareskrim Polri, telah ditemukan kegiatan di gudang penampungan BBM subsidi ilegal," kata Nunung dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Senin 3 Maret 2025.&nbsp; Ia menyebut bahwa dalam kegiatan ini, pihaknya menyita sejumlah barang bukti berupa satu unit truk tangki biru ukuran 10.000 Liter dengan tulisan PT. RPM dengan nomor polisi DT 9161 UB serta muatan solar subsidi volume kurang lebih 8.000 liter.&nbsp;"Yang kedua satu unit truk tangki biru ukuran 5.000 Liter dengan tulisan PT. RPM nomor polisi DT 8834 BB dengan muatan kosong. Ketiga, satu unit truk tangki biru ukuran 5.000 Liter dengan tulisan PT. RPM nomor polisi DT 8320 BB dengan muatan solar subsidi volume kurang lebih 5000 Liter," kata dia.&nbsp; Selanjutnya, keempat yaitu ada tiga tandon berisi minyak solar subsidi dengan total kurang lebih 3.000 liter, tujuh tandon kosong, lima drum berisi solar dengan total kurang lebih 600 liter, satu mesin pompa atau alkon.&nbsp; "Satu selang panjang berwarna biru, satu selang panjang berwarna kuning kecoklatan, satu corong kepala babi dan 10 segel berlogo Pertamina dengan tulisan FPQ&amp;Q," katanya.&nbsp;“Jumlah volume BBM yang disita dari hasil penyalahgunaan 10.957 liter. Karena BBM subsidi yang bersifat habis pakai, maka yang disita merupakan barang bukti biosolar sisa hasil penyalahgunaan sehari sebelumnya,” lanjutnya.&nbsp;Ia menjelaskan bahwa modus operandinya yaitu BBM jenis solar bersubsidi (B35) yang berasal dari fuel terminal BBM Kolaka dari PT Pertamina Patra Niaga Operasian Region 7 Makassar seharusnya dikirim kepada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN).&nbsp; Namun, disalahgunakan oleh agen penyaluran minyak dan solar (APMS) dengan cara dibelokkan ke gudang penimbunan tanpa perizinan dan dipindahkan langsung ke mobil tengki solar industri.&nbsp; Selanjutnya, dijual kembali dengan harga solar industri atau non-subsidi kepada para penambang dan juga kepada kapal Kapal tug boat dengan harga solar industri. Nunung mengatakan bahwa pihak yang diduga terlibat dalam kasus tersebut yaitu ada BK sebagai pihak yang mengelola lokasi atau pemilik tempat gedung gudang penimbunan tanpa perizinan yang terletak di daerah Balandete, Kecamatan Kolaka, Kabupaten Kolaka.&nbsp; "Dan Saudara A sebagai pemilik SPBU Nelayan, Kecamatan Kuleng, Tenggara, Kabupaten Bumbana. Selain itu kita juga menduga ada keterlibatan Saudara T selaku penyedia armada atau pemilik truk tanki, mobil tanki," katanya.&nbsp; Kemudian, kata dia, ada dugaan oknum Pegawai PT PPN (Pertamina Patra Niaga) yang diduga memberikan perbantuan untuk melakukan penembusan kepada PT Pertamina untuk BBM jenis solar serta pemilik SPBU Nelayan.&nbsp; Nunung mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan serangkaian proses penyedikan berupa dugaan tindak pidana yaitu setiap orang yang menyalahgunakan pengangkutan dan atau niaga bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan atau liquefied petroleum gas yang disubsidi dan atau penyediaan dan pendistribusiannya diberikan penugasan pemerintah.&nbsp; Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 Ayat 9 Undang-Undang nomor 6 Tahun 2023 dan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang nomor 2 tahun 2022 Tentang Cipta kerja atas perubahan ketentuan pasal 55 Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Bareskrim Bongkar Dugaan Penyelewengan Distribusi BBM Bersubsidi di Kolaka

Berita Terkait

Berita Rekomendasi