JAKARTA, REQnews - Tim Advokasi untuk Demokrasi (TAUD) mendampingi para peserta Aksi MayDay untuk melaporkan sejumlah peristiwa mulai dari dugaan kekerasan seksual hingga penganiayaan yang diduga dilakukan oleh polisi ke Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Senin 16 Juni 2025.&nbsp; "Kami Tim Advokasi untuk Demokrasi bersama dengan para peserta Aksi Massa Peringatan Hari Buruh Internasional yang dilakukan penangkapan sewenang wenang, dilakukan kekerasan, dan juga ditangkap oleh aparat penegak hukum, yang kami duga kuat dilakukan di bawah Flyover Ladokgi dengan menggunakan pakaian bebas," kata Anggota TAUD Guntur di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan.&nbsp; Ia menjelaskan bahwa adapun agendanya yaitu melaporkan terkait dugaan tindak pidana. Yang pertama, kata dia, ada tindak pidana kekerasan seksual berupa fisik maupun non-fisik.&nbsp; "Diduga kuat dilakukan oleh sejumlah orang yang kami duga sebagai aparat penegak hukum," katanya.&nbsp; Yang kedua, Guntur mengatakan bahwa pihaknya akan melaporkan terkait dengan dugaan tindak pidana penganiayaan dan pengeroyokan yang diduga dilakukan oleh sejumlah orang yang menggunakan pakaian bebas tanpa atribut kepolisian.&nbsp; "Lalu yang ketiga, kami juga akan melakukan pengaduan kepada Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) dan Wasidik Mabes polri atas tindakan yang dilakukan oleh kepolisian dalam proses hukum acara pidana, yaitu penyelidikan dan penyidikan dalam menetapkan pada peserta Hari Buruh internasional dan dilakukannya tindakan yang menyalahi prosedur," katanya.&nbsp; Sementara itu, Kepala Divisi Hukum KontraS, Andri Yunus mengatakan bahwa laporan tersebut dilakukan oleh pihaknya bersama dengan 14 orang yang ditangkap dalam Aksi May Day 2025 oleh Polda Metro Jaya.&nbsp; "Ya terduga terlapornya anggota Direktorat Umum Polda Metro Jaya," kata Andri.&nbsp; Dalam pelaporan tersebut, pihaknya mengaku membawa sejumlah bukti berupa dokumentasi video hingga saksi yang menunjukkan adanya kasus kekerasan yang dialami para mahasiswa dalam peringatan Aksi Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 20205 di Jakarta.&nbsp; "Pelaporan yang kami ajukan hari ini bukan tanpa dasar, kami memiliki sejumlah bukti penting," katanya.&nbsp; "Kami sebagai warga negara dijamin dan dilindungi haknya untuk melaporkan dugaan tindak pidana yang dilakukan, terlebih lagi oleh anggota kepolisian termasuk dugaan tindak pidana kekerasan hingga kekerasan seksual," tambah dia.&nbsp; Menurutnya, laporan dilakukan karena pihaknya tak ingin kasus-kasus kekerasan yang menimpa warga negara berulang kembali. Pihaknya ingin agar ada proses penghukuman terhadap para polisi-polisi yang melakukan kekerasan.&nbsp; "Karena jika tidak ada penghukuman, maka terjadi impunitas. Jika terjadi impunitas, maka akan ada kemungkinan keberulangan peristiwa serupa," tambahnya.&nbsp; Ia menjelaskan bahwa kasus kekerasan pada Mei Day bukan yang pertama, masih banyak kasus-kasus yang saat ini belum terselesaikan. Andri pun mencontohkan seperti kasus penembakan dalam Aksi 21-22 Mei 2019, Reformasi Dikorupsi 2019, Omnibus Law 2020, kemudian yang terbaru 2024 aksi Peringatan Darurat.&nbsp; "Ada banyak korban kekerasan tapi minim sekali penghukuman terhadap petugas kepolisian yang melakukan kekerasan. Padahal perlu diingat kawan-kawan, polisi itu memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan mengayomi hak masyarakat," kata Andri.&nbsp; "Dalam hal ini adalah hak menyatakan kebebasan berpendapat, berkumpul dan berserikat. Tapi yang terjadi di lapangan justru sebaliknya. Yang terjadi adalah kekerasan yang mana itu minim sekali penghukuman," ujarnya.&nbsp; Selain itu di momentum HUT ke-79 Polri, pihaknya berharap bahwa pelaporan ini semestinya menjadi momentum bagi kepolisian untuk menerima laporan dan segera melakukan proses-proses hukum terhadap para pelaku&nbsp; "Sudah saatnya institusi Polri berbenah, harus 0 persen melakukan kekerasan dan memberikan jaminan terhadap perlindungan hak warga negara," ujarnya. &nbsp;

Peserta Aksi MayDay Laporkan Dugaan Kekerasan Seksual-Penganiayaan oleh Polisi ke Bareskrim

Berita Terkait

Berita Rekomendasi